suluhna aya ngaranana Pohaci Runtuyan Jati
seuneuna Pohaci Lenyap Herang
parakona Pohaci Leukeuran Jati
hawuna Pohaci Dungkukan Jati
seengna Pohaci Danu Hawu
aseupanana Pohaci Kukusan Jati
dulangna Pohaci Talaga Jati
turub dulangna Pohaci Pamayung Jati
ari kejona Pohaci Jungjunan Sari
Pohaci Muruhmuy Putih
Pohaci Terus Rarang
Pohaci Rambat Rarang
Pohaci Lencop Rerang
Pohaci Lencop Hurip
Pohaci Lenggang Rerang
Pohaci Lenggok Maya
Pohaci Pancar Hurip
Pohaci Naga Gini
Pohaci Jayang Gana
Pohaci Tenjo Maya
Pohaci Pangdurat Sari
Pohaci Lenggok Kuning.
Nyai Sri Pohaci adalah
seorang Dewi yg dipercaya menciptakan padi di dunia. Mitosnya bermula ketika
Sang Hyang Guru akan membuat dua balai di Bale Bandung. Ia menyuruh Sang Hyang
Narada agar memerintah para dewa mencari ramuan untuk membuat balai tersebut.
Dewa Anta (Anta Boga), Dewa berwujud ular naga menangis karena
ia tidak memiliki tangan untuk melakukan tugas dari Sang Hyang Guru. Tangisan
Dewa Anta tersebut berubah menjadi tiga butir mutiara yang oleh Sang Hyang
Narada diperintahkan untuk diberikan pada Sang Hyang Guru.
Dewa Anta membawa ketiga butir mutiara itu di dalam mulutnya dan
dalam perjalanannya menemui Sang Hyang Guru, seekor burung elang menanyakan
hendak kemana dirinya. Dewa Anta tidak bisa menjawab karena di dalam mulutnya
ia menyimpan mutiara. Si burung elang pun marah karena pertanyaannya tidak
dijawab, ia menyambar Dewa Anta dan dua dari tiga mutiaranya jatuh ke Bumi,
kemdian pecah dan menjadi anak babi yang bernama Kalabuat dan seekor Budug
Basu, yaitu binatang setengah anjing dan setengah babi. Satu mutiara lagi
berhasil diberikan pada Sang Hyang Guru dan setelah menetas menjadi gadis
cantik yang diberi nama Nyai Sri Pohaci atau Nyai Asri.
Kecantikan Nyai
Asri membuat Sang Hyang Wenang khawatir Sang Hyang Guru ingin menikahinya,
karenanya setelah berbicara dengan Para Dewa yang lain, mereka setuju untuk
meracuni Nyai Pohaci. Nyai Pohaci pun meninggal sebagai perawan suci, dan
konon, karena kesuciannya dari dirinya tumbuh tumbuh – tumbuhan yang kemudian
dapat dimanfaatkan oleh manusia, yang paling terkenal adalah dari kakinya tumbuh
padi.
——————————————————————–
——————————————————————–
Selain mengenai Nyai Pohaci, Wawacan Sulanjana juga bercerita
mengenai menanak nasi. Cerita ini lebih akrab di telinga masyarakat sebagai
kisah Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari, namun yang berbeda adalah Nawang Wulan
tidak menikahi Jaka Tarub melainkan Raja Padjadjaran. Alkisah Batara Guru
mengirimkan Semar untuk memberikan beras pada Kerajaan Padjadjaran untuk
dimakan.
Selain Semar, Batara Guru juga mengirimkan Nawang Wulan untuk
mengajarkan cara menanak nasi. Alih – alih mengajarkan cara menanak nasi,
Nawang Wulan merahasiakan hal ini pada manusia, ia memasukan batang padi pada
sebuah alat dari bambu dan jadilah nasi. Raja Padjadjaran yang penasaran
mengintip Nawang Wulan meski telah diberi peringatan. Nawang Wulan pun kehilangan
kekuatannya untuk menanak nasi secara cepat dan Semar kembali ke bumi untuk
mengajarkan cara menanak nasi yang lebih rumit yang merupakan cara menanak nasi
tradisional.
Sulanjana merupakan seorang pelindung padi, yang dimaksud dengan
melindungi padi adalah melindungi padi dari ancaman hama seperti celeng, tikus,
dan serangga. Hal ini dikarenakan kisahnya Prabu Siliwangi enggan menjual beras
pada Dampo Awang dari Kerajaan Seberang karena beras di leuitnya dianggap suci.
Dampo Awang menyuruh Sapi Gumarang untuk mencari Budug Basu dan Kalabuat yang
sebelumnya mati di makam saudarinya, Sri Pohaci karena mereka ingin bersama –
sama saudarinya. Ketika Budug Basu dan Kalabuat ditemukan dan dibawa keliling
dunia, tubuh mereka berubah menjadi serangga, tikus dan celeng yang sampai
sekarang dikenal sebagai hama padi. Sulanjana yang dibesarkan oleh Dewi Pertiwi
(Pravati atau Ibu Bumi) mencari Sapi Gumarang dan ketika hendak dibunuh, Sapi
Gumarang memohon ampun. Sebagai balasan atas tindakannya, Sapi Gumarang harus membayarnya
dengan membantu Sulanjana merawat padi dan kemudian Sapi Gumarang berubah
menjadi kerbau yang dikenal sebagai pembantu untuk membajak sawah.
Orang Sunda percaya padi adalah bentuk kasih sayang Nyai Pohaci
terhadap mereka, sementara Sulanjana mengasihi Orang Sunda dengan melindungi
padi dari hama dan Semar rela turun ke Bumi untuk mengajarkan manusia bagaimana
menanak nasi. Oleh karenanya, sebagai wujud rasa syukur pada Yang Kuasa, ritual
– ritual yang bersangkutan dengan pertanian ada di berbagai daerah.
Nyi Pohaci dewa Sanghyang Asri
sirna. Nyai Pohaci seorang yang suci,
pada makamnya muncul keajaiban, segala rupa tanaman yang berguna tumbuh di atas
makannya;
- Tina sirahna tumbuh tangkal kalapa.
- Tina irung, biwir, jeung ceulina mekar rupi-rupi samara bungbu wangi jeung sasayuran.
- Tina buukna mekaran jujukutan jeung sagala rupi kembang aneka warna nu saraé jeung wangi
- Tina susuna ngarumbay bubuahan dalu ranum jeung aramis.
- Tina leungeunna muncul tangkal jati, cendana, sagala rupi tatangkalan kakayon nu aya gunana
- Tina momokna muncul tangkal kawung kalapis injuk, nu peueutna tiasa disadap kanggo ngadamel gula aren nu langkung aramis.
- Tina pingpingna muncul sagala rupi tangkal awi.
- Tina sukuna tumbuh sagala rupi beubeutian, hui amis, boléd sampeu, jeung sajabana.
- Tina puseurna tumbuh paré, bakal barang kadaharan nu pang pentingna kanggo kamakmuran umat manusa sadayana.
Seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya Agama Islam, tradisi – tradisi
ini mulai terkikis terkecuali bagi kelompok masyarakat tertentu yang masih
memegang teguh kepercayaan Sunda Lama (Sunda Wiwitan).
Di Rancaekek terdapat sebuah tradisi yang disebut Tarawangsa
yang merupakan Upacara Nyalin atau Ngiriman, yaitu upacara penghormatan pada
Dewi Sri atau Kersa Nyai dan doa agar padi mereka tidak diganggu hama dan
selalu melimpah panennnya. Dalam upacara ini para ronggeng ditanggap. Ronggeng
memang selalu diidentikan dengan erotisme, namun bukan tanpa arti. Hal ini
dianggap wajar karena erotisme juga merupakan bagian dari penciptaan kehidupan.
Wanita – wanita muda pun menyimbolkan kesuburan, sesuatu yang sangat diharapkan
petani pada tanah yang digarapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar