Kamis, 29 Oktober 2015

"TIBI" nature life.





TIBI nama penghuni di kampung tempat kami menetap.
Tanpa pendidikan formal dan buta huruf.
Sosol laki-laki rajun dan cerdik.
Alam mendidiknya. 
Pak Tibi seorang manusia multi talenta, dia dapat menggarap sawah, memelihara ternak bahkan dia membangun rumah kayu sederhana untuk keluarga nya.
Laki-laki yang bertanggung jawab kepada keluarganya.
Bekerja di terik matahari atau pun hujan tak menjadi halangan baginya.
Ia tak memilik sepetak sawahpun. Pak Tibi hanya  seorang petani penggarap.
Pak Tibi yang selalu membantu.


Hidup di alam permai. 
Menggarap sawah bukan miliknya untuk menghidupi keluarganya.
Ikan asin adalah menu makan setiap hari. Bahkan kadang hanya garam saja.
Beras di dapat dari upahnya menggarap sawah.
Pak Tibi tampak hidup bahagia.

Mengamati Hidup Pak Tibi, 
Dan memandang langit biru yang cerah. 
TUHAN maha adil, memberikan rezeki kepada semua orang.


ILUSI HIDUP

Ingat film BATMAN, dan pasti ingat JOKER musuh sang BATMAN.

Kalimat kekalahan JOKER adalah rencana JOKER meracuni manusia lewat televis/media.

Media menjadi ilusi secara global dan  merubah tatanan hidup manusia.
Ribuan iklan di media mengajarkan manusia menjadi target produsen.
Produsen raksasa dalam iluminati menguasai berbagai jenis produk sederhana kebutuhan  sekunder/tertier menjadi SEOLAH_OLAH  barang/produk kebutuhan primer manusia.
Manusia berlomba-lomba mencari uang mendapatkan materi seperti ilusi dalam media dan TERJEBAK!!!.

Ilusi makanan/minuman siap sajI menumbuhkan argoindustri besar-besaran/global  secara nyata.

Dalam beberapa generasi mendatang manusia tidak akan mengenal lagi petani/peternak, yang mereka tahu adalah manajemen dan karyawan/buruh.
Logo perusahaan iluminati menempel di tubuh manusia-manusia yang tak menyadari bahwa meraka hanya BUDAK_BUDAK perusahaan.

Pendidikan formal hanya mensuplai kebutuhan  iluminati.
Menjadi karyawan/buruh yang siap pakai hanya untuk menjadi sapi perah pemilik perusahaan raksasa.
Jenjang manajerial menjadi incaran manusia-manusia yang akan datang.
Manusia tidak pernah lagi merasakan bagaimana menjadi  manusia seutuhnya.
Harga diri di tentukan oleh jenjang manajerial.

Pemutusan hubungan kerja dan pensiun adalah kiamat, karena kehilangan fasilitas perusahaan yang memanjakan nya dengan mengikat/merantai leher.

Manusia  terjerat dalam aturan manusia lainnya.

Perbudakan dalam yang sangat manis.

Sebagai gambaran watak dengan pendidikan formal yang minim.
Pernahkah mengamati orang-orang pribumi BETAWI asli yang masih memiliki kolam/kebun?.
Mereka bangun di pagi hari  dengan santai nya sambil menyeruput kopi kesukaanya, dan masih menggunakan sarung memberi  makan ikan ternaknya.

Mereka berpenghasilan tanpa  harus:....
Lihatlah orang-orang yang sudah berdandan rapi terburu-buru berangkat ke kantor/pabrik tempat nya bekerja. Menghabiskan waktu dan tenaga  nya  dengan sia-sia dan percuma, di macetnya jalanan kota?.

Apa yang di cari.....?

Dua generasi lalu masih ingat lagu Jamal Mirdad, "Ayahku menjual sawah nya, untuk membekali anaknya.................."

Jadi bila ada kesempatan, karena kita termasuk dalam generasi yang mementingkan pendidikan formal lebih baik menyadari,.........dan  kita merubah lagu lama  dengan ",Aku bekerja untuk dapat kembali membeli sawah dan sapi..........

Agar kita tidak bangga menjadi kacung asing!!!.