Minggu, 10 Juni 2018

agama masuk surga

Bukan karena agama manusia masuk surga.

Ajaran agama adalah pembelajaran manusia untuk mengenal kepada TUHAN YANG MAHA ESA.
Aturan yang berbeda dari setiap agama membentuk "agama".
Tujuan semua agama sangat jelas, mengajarkan  welas asih, kasih sayang;:
Kenapa "asih" atau  "kasih"?

Karena asih atau kasih adalah "rasa yang ada di dalam jiwa".
Agama mengajarkan umat manusia memiliki "hati" atau "jiwa" yang memiliki RASA KASIH.

Bila manusia tidak memiliki "HATI" yang penuh rasa kasih kepada keluarga (darma bakti), bangsa (darma suci) dan umat manusia (darma agung), tidak layak mengaku beragama.

Agama tampak nyata dalam tingkah polah.kelakuan manusia terhadap sesama manusia dan  sesama mahluk hidup.

Tuhan YME menyediakan surga/nirwana/kahyangan untuk manusia yang melaksanakan "PERINTAH" TUHAN YME.
Jadi bukan agama yang masuk surga, tapi umat manusia yang hidup sesuai dengan ATURAN dan PERINTAH TUHAN YME.

Manusia hidup di bumi ini hanya sebentar dan sementara saja.
Manusia hidup di bumi ini berhutang nafas kepada TUHAN YME.
Membayar hutang nafas dengan menjalankan semua "PERINTAH" NYA dan  ber"DOA" mendekatkan hati  kepada TUHAN YME.

Jangan mengaku ber"agama" bila masih memuja berhala yang bernama "harta dan tahta".




Sampurasun........




Selasa, 22 Mei 2018

MANUSIA DAMAI SEJAHTERA DI BUMI

Nikola Tesla,
"Manusia hidup damai sejahtera di muka bumi, bila tidak serakah".

Ilmu ekonomi atau lebih spesifik "ilmu perbankan" telah menjerumuskan umat manusia di muka bumi ini kepada "perbudakan global".
Ilmu kedokteran berkembang menjadi "LINGKARAN SETAN" dengan "BIG PHARMA" dan ASURANSI.

dan banyak lagi ilmu pengetahuan palsu yang pada akhir nya menghancurkan kehidupan umat manusia di muka bumi ini.

Segelintir manusia jahat dan serakah mengeksploitasi segala yang ada di atas bumi dan di dalam perut bumi.


Merenunglah sejenak.....berpikirlah tentang "tambang emas".

"MANUSIA KONYOL" karena serakah mengeluarkan emas dari perut bumi padahal emas adalah akar bumi.
Digali dengam biaya  dan resiko tinggi, hanya untuk di taruh di gudang dengan biaya tinggi untuk keaman.
Itu adalah salah satu "PEMIKIRAN"  pintar ke blinger ulah dari sistem ekonomi pada awalnya sebagai kolateral  pencetakan uang.

Pada akhirnya menjerumuskan manusia pada pemujaan berhala "UANG/MATERI".  Lengkaplah sudah untuk penjual asuransi kebakaran neraka dengan jaminan surga. Manusia di muka bumi ini berlomba untuk mendapatkan kekayaan yang sebesar-besarnya.
Dipikirnya mampu membeli asuransi tersebut.

Inilah yang membuat bumi ini hancur oleh bencana.
Sudah saat nya bumi ini di bersihkan.

Agar manusia dapat hidup damai sejahtera di muka bumi ini.

Keserakahan harus di basmi.

Kejahatam harus musnah
.
Alam semesta akan mengadili keadaan bumi yang sedang sengsara.


Sampurasun.........................

INDONESIA negri SATU MALAM

INDONESIA negri SATU MALAM.
Banyak tempat atau daerah di Indonesia yang terjadi hanya dalam SATU MALAM saja;
  • Atlantis tenggelam dalam satu malam
  • Kerajaan PAJAJARAN ngaHYANG dalam SATU MALAM oleh Prabu Siliwangi.
  • Gunung Tangkubanparahu terjadi dalam SATU MALAM oleh Prabu Sangkuriang
  • 999 candi di komplek Candi Prambanan di bangun dalam SATU MALAM oleh  Prabu  Bandung Bondowoso
  • Situ Gede di Bogor dibendung dalam SATU MALAM oleh Prabu Guruminda
  • dan .....
Semua itu nyata ada di alam tiga dimensi(dimensi ruang, bentuk dan waktu).

BANGGA JADI BANGSA INDONESIA!!! 

secara gamblang saja, Bangsa Indonesia  memiliki kekuatan 1000 X lebih "SAKTI" dari "negri seribu satu malam".

Umat manusia yang hidup di milenia 3,  Masehi ini mengalami kemunduran secara teknologi maupun ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan saat ini belum ada yang dapat mencapai ilmu pengetahuan yang dimiliki nenek moyang Bangsa Indonesia. Nenek moyang bangsa Indonesia menulis catatan di langit, dalam susunan bintang sebagai karakter. 
Bersyukur masih ada sekelompok kecil masyarakat yang hidup di KASEPUHAN ADAT masih mampu membaca catatan di langit.

Ilmu pengetahuan saat ini berbicara tentang energi dan kalori?.
Bagaimana dengan energi tanpa kalori?,
  • energi pernafasan? 
  • energi pikiran? 
  • energi perasaan?
  • energi sexual
  • energi spiritual
  • dan sebagainya.
Semua energi itu terpancar ke alam semesta, alam semesta ini hidup.

Sekujur tubuh manusia, jiwa dan raga mengandung energi gelombang elektromagnetik yang dapat ber sinergi dengan alam semesta.

Manusia adalah mahluk sempurna memiliki kemampuan yang "SUPER DAHSYAT"  atau "SAKTI MANDRA GUNA" bila menggunakan kemampuan otaknya.

Seperti digambarkan dalam film LUCY.



Manusia harus sadar bahwa pengetahuan itu bukan di bangku perguruan tinggi.
(perguruan tinggi lebih banyak mengajarkan ilmu pengetahuan palsu membentuk "lingkaran setan")..

Nikola Tesla mengatakan bahwa"ilmu pengetahuan itu ada di alam semesta".

Manusia harus kembali ke alam, berkenalan dengan alam  setelah mengkaji diri.

"SAKTI MANDRAGUNA" bukan sesuatu yang gaib atau sihir, semua itu adalah ilmu pengetahuan tentang alam semesta.
Menggunakan kekuatan energi gelombang elekromagnetik yang tak kasat mata.

Manusia memiliki kekuatan  atau kemampuan mengendalikan energi  gelombang elektromagnetik alam semesta, Hal ini bisa di dapatkan dengan mempelajarinya atau  secara shamanik (shamanisme-spiritual-tertua-bumi).

Nenek Moyang /Leluhur/Karuhun Bangsa SUNda nusantaRA Indonesia memiliki kultur budaya luhur  sejak zaman purba.

Masih banyak orang di Indonesia yang memiliki kemampuan "sakti - mandraguna" sebagai karunia dari orang tua alias di turunkan.

Sekali lagi kekuatan supranatural bukan magic atau sihir, tapi kemampuan mengendalikan gelombang energi elektromagnetik.

Oleh sebab itu manusia harus berpikir positif  karena apa yang di pikirkan oleh manusia di dalam hati akan membentuk gelombang yang terpancar ke alam semesta dan akan kembali.

https://id.wikipedia.org/wiki/Gelombang

Perhatikanlah "gelombang samudara" di tepi pantai, begitulah dengan "gelombang otak manusia".
Pikiran yang terucap di dalam hati akan terpancar ke alam semesta sebagai gelombang  dan alam semesta akan mengembalikanya gelombang yang dipancarkan kepada. manusia., itulah yang disebut "hidup".

Kematian bukan akhir segalanya bagi manusia, karena manusia harus mempertanggungjawabkan "hutang nafas" selama hidup di bumi kepada SANG MAHA PENCIPTA.

Bagaimana cara membayarnya??


bersambung.....

Sampurasun




Senin, 21 Mei 2018

TRISULA WEDHA SATRIA PININGIT

TRISULA WEDHA senjata lintas dimensi.

TRISULA WEDHA dimiliki oleh setiap manusia sejati.
Manusia sejati adalah manusia yang mengenal jati dirinya sebagai manusia yang memiliki hakikat dan martabat sebagai manusia sempurna dan mulia ciptaan YANG MAHA ESA.
Manusia sejati bila dalam kehidupan di bumi ini menggunakan TRISULA WEDHA atau TRIMULIA ajaran Hyang Prabu SIliWAngi.
Hidup berpedoman pada SILIH ASIH - SILIH ASAH - SILIH ASUH, menjadikan manusia selalu mengKaji atau menguKUR diri sendiri(sorangAN).
Menggali ke dalam diri sendiri dengan sendiri nya sifat TRIMULIA akan tampak, dan menjadi manusia sejati. Manusia yang bersenjatakan TRISULA WEDHA.

TRISULA WEDHA kepada sesama, kepada seisi bumi dan kepada alam semesta.

Umat manusia dimuka bumi beserta seluruh isi bumi ini akan hidup bahagia, damai dan sejahtera bila bepegang pada TRISULA WEDHA.

Tak akan ada lagi penderitaan bagi semua mahluk di bumi ini.

Umat manusia di bumi ini menanti kedatangan;

  • Ratu Adil
  • Satria Piningit
  • Budak Angon
  • Khalki Avatar
  • Isa Almasih
  • Imam Mahdi
  • Zoro Aster
Siapapun yang di nanti umat manusia di muka bumi ini adalah "MANUSIA SEJATI" yang memiliki TRISULA WEDHA.

TRISULA WEDHA dapat dimiliki oleh setiap manusia di bumi ini.
Silih  Asih - Silih Asah - Silih Asuh akan tampak di wajah  penuh damai dengan hati yang terang benderang, kesucian hati.

Manusia yang memiliki TRISULA WEDHA dengan sendirinya akan lintas dimensi dan itulah senjata Satria Piningit


Sampurasun.....





Jumat, 18 Mei 2018

TATANAN HIDUP MANUSIA

Tatanan hidup manusia berubah drastis dalam milenia baru ini,
Manusia sebagai mahluk paling sempurna ciptaan Yang Maha Kuasa, sempurna di dalam semua nilai. Nilai kebaikan dan sekaligus dengan nilai kejahatan.

Ilmu pengetahuan palsu ditanamkan hanya untuk eksploitasi manusia lainnya, dan hasilnya adalah "perbudakan global".

Peradaban manusia tertanam di dalam kultur budaya asal manusia di muka bumi ini.
Dalam kultur budaya peradaban manusia menurunkan nilai-nilai positif  damai -sejahtera umat manusia hidup di muka bumi ini, selaras harmonis dengan alam semesta.

Segelintir  manusia yang pintar keblinger telah memanfaatkan kepandaiannya untuk mengeksploitasi sesama umat manusia, bumi berserta isisnya melalui ilmu pengetahuan palsu.

Ilmu pengetahuan palsu   menjauhkan hidup manusia dari nilai-nilai "spiritual".
Kekuasaan, tamak dan serakah  telah merubah tatanan hidup manusia di muka bumi, manusia digiring menjadi "objek" dalam perbudakan sistem  ekonomi.

Kekayaan alam dieksploitasi secara berlebihan tanpa memikirkan kesenjangan alam.
"Emas di tambang dari dalam perut bumi hanya untuk di simpan di gudang-gudang dengan penjagaan ektra ketat", pandanglah kebodohan manusia yang pintar ke blinger karena ilmu pengetahuan palsu!.

Apakah manusia hidup dari "emas", manusia hidup dari "TANAH AIR".
Tanah yang mengeluarkan segala tumbuhan untuk makanan manusia dan binatang.
Air adalah unsur yang dibutuhkan semua mahluk hidup di bumi ini.

Indonesia adalah bangsa yang memiliki peradaban tinggi, kalimat; "TANAH AIR INDONESIA".
Indonesia adalah sumber kehidupan umat manusia, sumber peradaban manusia.

Rakyat Indonesia hidup sejahtera 
"TANAH AIR INDONESIA".  sangat kaya raya.
"TANAH AIR INDONESIA" dengan kesenjangan hidup  dengan Bhineka Tunggal Ika dalam pedoman hidup ber "PANCASILA" di bawah lambang bendeRA "MERAH PUTIH".

Rakyat Indonesia telah melupakan peradaban leluhur bangsa dan bangga akan peradaban dan budaya asing yang sudah dapat di pastikan tidak akan selaras untuk bumi INDONESIA.

Tatanan hidup gotong royong dengan menjalankan  ajaran TRI MULIA "silih asih - silih asah - silih asuh", sirna oleh tatanan hidup global yang individualis.

Manusia telah kehilangan "kebebasan hidup", karena "EKONOMI".
Waktu merenung tak ada lagi, hati dan pikirannya telah menyembah berhala "UANG dan MATERI".
Umat manusia di muka bumi ini telah terbelenggu  dalam "perbudakan ekonomi", hidup hanya untuk mencari uang dan uang untuk di dapat dan di habiskan untuk membeli produk-produk industri.

Sehingga tak ada lagi "kehidupan", karena tatanan hidup global menjadikan manusia sebagai "objek".

Manusia adalah mahluk "spiritual", meningkatkan kesadaran dengan meningkatkan gelombang elektromagnetik sipritual  mampu memberi damai kepada umat manusia dan menjadi "MANUSIA" hakiki yang mengerti arti "MANUSIA" sebagai mahluk yang memiliki harkat dan martabat.

Tanpa mengenal diri sebagai "MANUSIA", akibatnya nya adalah hancurnya bumi ini!!!!

Sampurasun.


Jumat, 11 Mei 2018

gunakan makanan untuk menaruh sinar matahari di tubuh Anda


Sumber : :https://www.naturalnews.com/036870_sunlight_foods_enlightenment.html


Gunakan makanan untuk menaruh sinar matahari di tubuh Anda


(NaturalNews) Gabriel Cousins ​​menawarkan beberapa informasi menarik tentang sinar matahari yang tersedia dan dapat diakses dari makanan mentah dari alam. Dia mengatakan kepada kita bahwa ada energi cahaya - secara harfiah energi dari matahari - dalam makanan mentah dari alam. Dia juga memberitahu kita bahwa ketika makanan dimasak, energi cahaya ini menghilang atau meninggalkan makanan. 


Ini adalah argumen bahwa ketika Anda makan makanan alami mentah, Anda benar-benar menempatkan energi matahari yang kuat ke dalam tubuh Anda. Dan ketika Anda menerapkan lapisan spiritual di atas ini, mudah untuk melihat mengapa orang yang makan banyak makanan mentah dari alam cenderung mengembangkan kesadaran yang lebih tinggi. Dengan pola makan mereka, orang-orang ini membiarkan cahaya ke dalam tubuh mereka dan cukup sederhana, dengan meletakkan cahaya dalam tubuh adalah bagaimana orang-orang cenderung menjadi tercerahkan . 

Ini bertentangan dengan makan makanan yang kebanyakan dimasak, yang dilihat dari perspektif ini akan gelap, atau tidak memiliki cahaya. Makan daging dan bahan kimia secara teratur juga membuat kegelapan di dalam tubuh Anda, dan memakan hewan yang menakutkan adalah cara yang baik untuk membuat Anda takut. Itu tidak umum diketahui, tetapi energi ini tidak mentransfer. Dan karena para psikolog mengatakan kepada kita bahwa hanya ada dua emosi dasar manusia, cinta dan ketakutan, dengan ini, kita mulai melihat bagaimana kita menciptakan emosi kita sendiri, dan karena itu keadaan energik, dengan apa yang kita masukkan ke dalam tubuh kita. 

Berapa Banyak Makanan Kita Harus Dilakukan dengan Situasi Dunia Kita Saat Ini?

Komponen energi yang terang dan gelap juga mengapa orang-orang yang tampaknya sangat ingin menghancurkan planet ini dan orang-orang belakangan ini sering menggunakan racun untuk melakukannya, dan secara konsisten meracuni makanan kita.Ini adalah cara termudah yang bisa mereka lakukan untuk membuat penduduk mematuhi cara-cara gelap karena hal-hal ini benar-benar membuat kita menjadi gelap. 

Ketika Anda menerapkan lapisan "di mana kita berada dalam kemanusiaan" di atas semua ini - dan banyak orang akan setuju bahwa iklim dunia saat ini cukup gelap - kita harus bertanya: Mungkinkah iklim dunia yang gelap disebabkan oleh mayoritas penduduk secara teratur dan hampir secara eksklusif makan makanan gelap? Jika ya, apakah solusinya sama mudahnya? 

Melakukan detoksifikasi mendalam adalah metode ampuh untuk menghilangkan kegelapan yang tersimpan. Kemudian, ketika Anda mulai menghindari makanan dan bahan kimia yang gelap, dan mulai menambahkan banyak makanan ke tubuh Anda yang memiliki cahaya, pencerahan menjadi pilihan dan yang sangat giat. Maka Anda harus bertanya pada diri sendiri, apakah kita benar-benar memiliki semua masalah dunia ini dengan populasi orang-orang yang tercerahkan? Jawabannya adalah tidak. 

Apakah aneh bahwa dalam budaya yang berjuang begitu banyak, begitu sedikit yang memperhatikan bahwa semua individu yang telah dikenal karena pencerahan mereka, telah melakukan detoksifikasi mendalam? Tentu saja, mereka kebanyakan menjadi tokoh agama dan bukan itu yang diajarkan gereja, tetapi jika Anda melihat kehidupan mereka, mereka semua menjadi tercerahkan, atau mengakhiri penderitaan mereka melalui jalan yang sama - secara fisik menghilangkan kegelapan yang tersimpan di dalam mereka, sering melalui puasa . 

Sayuran berdaun hijau dikenal memiliki energi paling ringan. 

Sumber untuk artikel ini termasuk: 
http://www.healingcancernaturally.com/healingwithlight9.html 
http://www.secrets-of-longevity-in-humans.com/raw-food-benefits.html 

Tentang Penulis: 
Kim Evans adalah seorang penulis dan penulis kesehatan alami. Bukunya, Membersihkan! The Ultimate Body Cleanse , menguraikan metode pembersihan tubuh di rumah yang kuat untuk mengatasi akar penyebab sebagian besar masalah kesehatan.Meskipun sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kebanyakan orang membawa beban beracun yang ekstrem dan bahwa racun ini dapat menyebabkan penyakit apa pun yang dapat dibayangkan, kebanyakan orang tidak tahu bahwa ada hubungan langsung antara realitas spiritual kita dan keadaan tubuh kita juga. Metode dalam Pembersihan! membantu orang-orang mendapatkan kesehatan dan keterhubungan spiritual mereka kembali untuk hidup dalam realitas berbasis cinta. Pelajari lebih lanjut di http://www.cleaningupcleanse.com 

Minggu, 06 Mei 2018

PLANET NIBIRU VS BUMI

Planet Nibiru mendekati bumi.

NASA Confirm 5th May, 2018 is when VATICAN CONFIRMS PLANET X INBOUND, SECRET OMEGA

Bumi tidak dapat hancur oleh planet Nibiru, walaupun saat ini jaraknya dengan bumi hanya ratusam km.
Bumi akan bergerak/melesat oleh  daya tarik alam semesta, sehingga tabrakan tidak akan terjadi.
"star war" sedang terjadi. Perang antar mahluk dimensi yang lebih tinggi dari manusia.

Tapi saat bumi bergerak/melejit atau melesat akan terjadi gempa bumi hebat yang akan menghabiskan hampir  separuh umat manusia di bumi.

Planet Nibiru tidak dapat menyentuh bumi, Ibu Buni menjaga planet bumi di alam semesta.

Matahari melindungi bumi dengan gelombang cahaya dan gelombang elektromagnetik  planet Sirius memancarkan gelombang yang mampu melindungi bumi.

Hibrid manusia asal planet Nibiru  musnah, "perjanjian yang sangat lama" sudah selesai.
.

Sampurasun.




Selasa, 01 Mei 2018

Satria Piningit bersenjatakan TRISULA WEDA

Satria Piningit bersenjatakan TRISULA WEDA.

TRISULA WEDA adalah TRIMULIA ajaran Hyang Prabu Siliwangi.
SILIH ASIH - SILIH ASAH - SILIH ASUH.
Ajaran BUDI seperti yang disabdakan Sabda Palon Noyo Genggong, dalam penghujung akhir Serat Jangka Sabdo Palon sebagai berikut:
Pepesthene nusa tekan janji, yen wus jangkep limang atus warsa, kepetung jaman Islame, musna bali marang ingsun, gami Budi madeg sawiji, …
(Takdir nusa sampai kepada janji, jika sudah genap lima ratus tahun, terhitung jaman Islam, musnah kembali kepadaku, Agama Budi berdiri menjadi satu …)

Gami Budi.

Gami Budi  tidak berarti disalah satu ajaran yang ada saat ini, Gami budi adalah ajaran hati, budi ada di dalam hati/bathin manusia, sebagai sifat-sifat dasar manusia yang tidak akan tampak tanpa pekerti..

Budi pekerti.
Budi memiliki arti sadar/waras, pikiran, nalar atau watak.
Pekerti adalah perbuatan, perilaku, tabiat, watak atau perangai.
Budi seseorang ada di dalam diri manusia, budi akan tampak dalam pekerti.

Manusia berbudi adalah manusia yang sudah mengenal jati diri, mengkaji diri nya sendiri dan mengenal diri nya.
Pengenalan diri  saat  mengkaji diri membentuk "budi", budi merupakan , hasil telaah/meleburkan diri manusia dengan Sang Maha Pencipta.
Seseorang yang telah menemukan "budi" di dalam diri nya membentuk karakter positif  yang akan tampak dalam pekerti atau perbuatan/kelakuan, tabiat atau watak.

Seorang ber"budi" bila telah mengkaji diri nya dengan waras/eling/sadar , adalah orang yang telah berhasil meleburkan diri nya dengan Sang Maha Pencipta. Kesadaran diri sebagai manusia tak berdaya membuat seseorang rendah hati, jauh dari sombong.
Sadar akan hidup fana membuat manusia berusaha untuk melakukan nilai-nilai positif untuk diri nya, keluarga dan masyarakat, jauh dari keserakahan.
Ber "budi pekerti" adalah seseorang yang menjalankan/melakukan hidup sesuai dengan "budi" yang di miliki nya.

Jadi senjata Satria Piningit Trisula Weda adalah "budi pekerti dari "TRI MULIA" ajaran Hyang Parbu Siliwangi.

Silih adalah kata untuk selalu kembali kepada diri,"ngaji ka diri".

Sampurasun.

Salam Indonesia AdiJayaSakti.






Rabu, 25 April 2018

BTC mining dan faucet GRATIS!! terbukti bisa di WD

https://3btc.org/?referral=15097

Situs ini terbukti "bayar" !. Pembayaran melalui Faucethub atau langsung  "WALLET".
Melalui faucethub pembayaran diterima dalam hitungan detik. Ngak pakai "depo" dan ngak  "ribet".


Caranya  sangat mudah, setelah mendaftar, "login".

Multifaucet, ada beberapa pilihan mata uang krypto.






Penarikan sangat mudah, klik menu "ACCOUNT" dan klik "WITHDRAWAL".



Menambang mata uang krypto gratis tanpa ribet klik "mining",hasil penambangan tersimpan secara otomatis.



Berhasil yaa!!!..

Sampurasun.


Minggu, 22 April 2018

REVOLUSI 2018.

Revolusi menuju umat manusia damai sejahtera!.

"Bitcoin adalah implementasi pertama dari konsep yang disebut "cryptocurrency", yang pertama kali dijelaskan pada tahun 1998 oleh Wei Dai pada milis cypherpunks, menunjukkan gagasan bentuk uang baru yang menggunakan kriptografi untuk mengontrol penciptaan dan transaksinya, daripada otoritas pusat. Spesifikasi Bitcoin pertama dan bukti konsep diterbitkan pada tahun 2009 dalam milis kriptografi oleh Satoshi Nakamoto. Satoshi meninggalkan proyek pada akhir 2010 tanpa mengungkapkan banyak tentang dirinya. Komunitas ini telah tumbuh secara eksponensial dengan banyak pengembang yang bekerja pada Bitcoin.

Anonimitas Satoshi sering menimbulkan kekhawatiran yang tidak dapat dibenarkan, banyak yang terkait dengan kesalahpahaman tentang sifat open-source dari Bitcoin. Protokol dan perangkat lunak Bitcoin dipublikasikan secara terbuka dan setiap pengembang di seluruh dunia dapat meninjau kode atau membuat versi modifikasi perangkat lunak Bitcoin mereka sendiri. Sama seperti pengembang saat ini, pengaruh Satoshi terbatas pada perubahan yang di buat  untuk  diadopsi oleh orang lain dan oleh karena itu dia tidak mengontrol Bitcoin. Dengan demikian, identitas penemu Bitcoin mungkin sama relevan hari ini sebagai identitas orang yang menemukan kertas." Sumber: "freebitco"

Di tahun 2018 ini perubahan sudah muai tampak, gagasan sederhana 20 tahun  lalu yang tercipta pada dasawarsa lalu, merupakan revolusi umat manusia melepaskan diri dari "perbudakan elite global/bankster". 

Revolusi yang murah aman, tepat pada sasaran, menghancurkan "perbudakan"!.

Ide cemerlang membebaskan umat manusia di bumi ini dari perbudakan elite global pencipta perang senjata.

Bitcoin bisa di dapatkan oleh setiap umat manusia yang terrhubung jaringan internet  di bumi ini secara gratis!  atau cuma-cuma saat menggunakan browser GOOGE CHROME.

Klik di sini.

Revolusi besar umat manusia di abad milenium ini adalah "internet" dan "mata uang krypto".
Tak seorangpun  dibumi ini yang dapt mengatur dan mengontrol "REVOLUSI BESAR KEMANUSIAAN".

Revolusi yang berjalan perlahan dengan pasti........................ membawa umat  manusia di muka bumi ini hidup damai dan sejahtera.


Sampurasun..............................


Minggu, 25 Februari 2018

SUNDAYANA

SUMBER : NCEPBORNEO.WORDPRESS.COM


Sampurasun,,,

Berdasarkan “Sastrajenrahayuningrat” istilah “Sunda” dibentuk oleh tiga suku kata yaitu SU-NA-DA yang artinya adalah “matahari” ;
–          SU = Sejati/ Abadi
–          NA = Api
–          DA = Besar/ Gede/ Luas/ Agung
Dalam kesatuan kalimat “Sunda” mengandung arti “Sejati-Api-Besar” atau “Api Besar yang Sejati atau bisa juga berarti Api Agung yang Abadi”. Maksud dan maknanya adalah matahari atau “Sang Surya” (Panon Poe/ Mata Poe/ Sang Hyang Manon). Sedangkan kata “Sastrajenrahayuningrat” (Su-Astra-Ajian-Ra-Hayu-ning-Ratu) memiliki arti sebagai berikut;
–          Su = Sejati/ Abadi
–          Astra = Sinar/ Penerang
–          Ajian = Ajaran
–          Ra = Matahari (Sunda)
–          Hayu = Selamat/ Baik/ Indah
–          ning = dari
–          Ratu = Penguasa (Maharaja)
Dengan demikian “Sastrajenrahayuningrat” jika diartikan secara bebas adalah “Sinar Sejati Ajaran Matahari – Kebaikan dari Sang Ratu” atau “Penerang yang Abadi Ajaran Matahari – Kebaikan dari Sang Maharaja” atau boleh jadi maksudnya ialah “Sinar Ajaran Matahari Abadi atas Kebaikan dari Sang Penguasa/ Ratu/ Maharaja Nusantara”, dst.
“Sunda” sama sekali bukan nama etnis/ ras/ suku yang tinggal di pulo Jawa bagian barat dan bukan juga nama daerah, karena sesungguhnya “Sunda” adalah nama ajaran atau agama tertua di muka Bumi, keberadaannya jauh sebelum ada jenis agama apapun yang dikenal pada saat sekarang.
Agama “Sunda” merupakan cikal-bakal ajaran tentang “cara hidup sebagai manusia beradab hingga mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi (adi-luhung). Selain itu agama Sunda juga yang mengawali lahirnya sistem pemerintahan dengan pola karatuan  (kerajaan) yang pertama di dunia, terkenal dengan konsep SITUMANG (Rasi-Ratu-Rama-Hyang) dengan perlambangan “anjing” (Rasi Bintang SIrius, tanda feminim Ilahi).
Ajaran/ agama Sunda (Matahari) pada mulanya disampaikan oleh Sang Sri Rama Mahaguru Ratu Rasi Prabhu Shindu La-Hyang (Sang Hyang Tamblegmeneng) putra dari Sang Hyang Watu Gunung Ratu Agung Manikmaya yang lebih dikenal sebagai Aji Tirem (Aki Tirem) atau Aji Saka Purwawisesa.
Ajaran Sunda lebih dikenal dengan sebutan Sundayana(yana = way of life, aliran, ajaran, agama) artinya adalah “ajaran Sunda atau agama Matahari” yang dianut oleh bangsa Galuh, khususnya di Jawa Barat.
Sundayana disampaikan secara turun-temurun dan menyebar ke seluruh dunia melalui para Guru Agung (Guru Besar/ Batara Guru), masyarakat Jawa-Barat lebih mengenalnya dengan sebutan Sang Guru Hyang atau “Sangkuriang” dan sebagian lagi memanggilnya dengan sebutan    “Guriang” yang artinya “Guru Hyang”juga.

Landasan inti ajaran Sunda adalah “welas-asih” atau cinta-kasih, dalam bahasa Arab-nya disebut “rahman-rahim”, inti ajaran inilah yang kelak berkembang menjadi pokok ajaran seluruh agama yang ada sekarang, sebab adanya rasa welas-asih ini yang menjadikan seseorang layak disebut sebagai manusia. Artinya, dalam pandangan agama Sunda (bangsa Galuh) jika seseorang tidak memiliki rasa welas-asih maka ia tidak layak untuk disebut manusia, pun tidak layak disebut binatang, lebih tepatnya sering disebut sebagai Duruwiksa (Buta) mahluk biadab.

Agar pemahaman ke depan tidak menjadi rancu dan membingungkan dalam memahami istilah “Sinar (Astra/ Ra/ Matahari), Cahaya (Dewa) dan Terang” maka perlu dijelaskan sebagai berikut;
CAHAYA
Sundayana terbagi dalam tiga bidang ajaran dalam satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisah (Kemanunggalan) yaitu;
  1. Tata-Salira/ Kemanunggalan Diri; berisi tentang pembentukan kualitas manusia yaitu, meleburkan diri dalam “ketunggalan” agar menjadi “diri sendiri” (si Swa) yang beradab, merdeka dan berdaulat atau menjadi seseorang yang tidak tergantung kepada apapun dan siapapun selain kepada diri sendiri.
  2. Tata-Naga-Ra/ Kemanunggalan Negeri; yaitu memanunggalkan masyarakat/ bangsa (negara) dalam berkehidupan di Bumi secara beradab, merdeka dan berdaulat. Pembangunan negara yang mandiri, tidak menjajah dan tidak dijajah.
  3. Tata-Buana/ Kemanunggalan Bumi; ialah kebijakan universal (kesemestaan) untuk memanunggalkan Bumi dengan segala isinya dalam semesta kehidupan agar tercipta kedamaian hidup di Buana.
Sesuai dengan bentuk dan dasar pemikiran ajaran Matahari sebagai sumber cahaya maka tata perlambangan wilayah di sekitar Jawa-Barat banyak yang mempergunakan sebutan “Ci” yang artinya “Cahaya”, dalam bahasa India disebut sebagai deva/ dewa (cahaya) yaitu pancaran (gelombang) yang lahir dari Matahari berupa warna-warna. Terdapat lima warna cahaya utama (Pancawarna) yang menjadi landasan filosofi kehidupan bangsa Galuh penganut ajaran Sunda:
  1. Cahaya Putih di timur disebut Purwa, tempat Hyang Iswara.
  2. Cahaya Merah di selatan disebut Daksina, tempat Hyang Brahma.
  3. Cahaya Kuning di barat disebut Pasima, tempat Hyang Mahadewa.
  4. Cahaya Hitam di utara disebut Utara, tempat Hyang Wisnu.
  5. Segala Warna Cahaya di pusat disebut Madya, tempat Hyang Siwa.
Lima kualitas “Cahaya” tersebut sesungguhnya merupakan nilai “waktu” dalam hitungan “wuku”. Kelima wuku (wuku lima) tidak ada yang buruk dan semuanya baik, namun selama ini Sang Hyang Siwa (pelebur segala cahaya/ warna) telah disalah-artikan menjadi “dewa perusak”, padahal arti kata “pelebur” itu adalah “pemersatu” atau yang meleburkan atau memanunggalkan. Jadi, sama sekali tidak terdapat ‘dewa’ yang bersifat merusak dan menghancurkan.
Ajaran Sunda dalam silib-siloka PANAH CHAKRA
Ajaran Sunda dalam silib-siloka “Panah Chakra”

“Ajaran Sunda” di dalam cerita pewayangan dilambangkan dengan Jamparing Panah Chakra, yaitu ‘raja segala senjata’ milik Sang Hyang Wisnu yang dapat mengalahkan sifat jahat dan angkara-murka, tidak ada yang dapat lolos dari bidikan JamparingPanah Chakra.
Maksudnya adalah;
–          Jamparing = Jampe Kuring
–          Panah = Manah = Hati (Rasa Welas-Asih)
–          Chakra atau Cakra = Titik Pusaran yang bersinar/ Roda Penggerak Kehidupan (‘matahari’).
–          Secara simbolik gendewa (gondewa) merupakan bentuk bibir yang sedang tersenyum (?).
CHAKRA
 Panah Chakra di Jawa Barat biasa disebut sebagai“Jamparing Asih” maksudnya adalah “Ajian Manah nu Welas Asih” (ajian hati yang lembut penuh dengan cinta-kasih). Dengan demikian maksud utama dari Jamparing Panah Chakra atau Jamparing Asih itu ialah “ucapan yang keluar dari hati yang welas asih dapat menggerakan roda kehidupan yang bersinar”.

Keberadaan Panca Dewa kelak disilib-silokakan (diperlambangkan) ke dalam kisah “pewayangan” dengan tokoh-tokoh baru melalui kisah Ramayana(Ajaran Rama) serta kisah Mahabharata pada tahun +/-1500 SM; Yudis-ti-Ra, Bi-Ma, Ra-ju-Na, Na-ku-La, dan Sa-Dewa. Kelima cahaya itu kelak dikenal dengan sebutan “Pandawa” singkatan dari “Panca Dewa” (Lima Cahaya) yang merupakan perlambangan atas sifat-sifat kesatria negara. Istilah “wayang” itu sendiri memiliki arti “bayang-bayang”, maksudnya adalah perumpamaan dari kelima cahaya tersebut di atas.
Selama ini cerita wayang selalu dianggap ciptaan bangsa India, hal tersebut mungkin “benar” tetapi boleh jadi “salah”.
Artinya kemungkinan terbesar adalah bangsa India telah berjasa melakukan pencatatan tentang kejadian besar yang pernah ada di Bumi Nusantara melalui kisah pewayangan dalam cerita epos Ramayana dan Mahabharata.
Logika sederhananya adalah; India dikenal sebagai bangsaChandra (Chandra Gupta) sedangkan Nusantara dikenal sebagai bangsa Matahari (Ra-Hyang), dalam hal ini tentu Matahari lebih unggul dan lebih utama ketimbang Bulan. India diterangi atau dipengaruhi oleh ajaran dan kebudayaan Nusantara.
 Namun demikian tidak dapat disangkal bahwa bukti (jejak) peninggalan yang maha agung itu di Bumi Nusantara telah banyak dilupakan, diselewengkan hingga dimusnahkan oleh bangsa Indonesia sendiri sehingga pada saat ini kita sulit untuk membuktikannya melalui “kebenaran ilmiah”.

Berkaitan dengan persoalan “Pancawarna”, bagi orang-orang yang lupa kepada “jati diri” (sebagai bangsa Matahari) di masyarakat Jawa-Barat dikenal peribahasa “teu inget ka Purwa Daksina…!” artinya adalah “lupa kepada Merah-Putih” (lupa akan kebangsaan/ tidak tahu diri/ tidak ingat kepada jati diri sebagai bangsa Galuh penganut ajaran Sunda).
Banyak orang Jawa Barat mengaku dirinya sebagai orang “Sunda”, mereka mengagungkan “Sunda” sebagai genetika biologis dan budayanya yang membanggakan, bahkan secara nyata perilaku diri mereka yang lembut telah menunjukan kesundaannya(sopan-santun dan berbudhi), namun unik dan anehnya mereka ‘tidak mengakui’ bahwa itu semua adalah hasil didikan Agama Sunda yang telah mereka warisi dari para leluhurnya secara turun-temurun, seolah telah menjadi genetika religi pada diri manusia Galuh.
Masyarakat Jawa Barat tidak menyadari (tidak mengetahui) bahwa perilaku lembut penuh tata-krama sopan-santun dan berbudhi itu terjadi akibat adanya “ajaran” (agama Sunda) yang mengalir di dalam darah mereka dan bergerak tanpa disadari (refleks). Untuk mengatakan kejadian tersebut para leluhur menyebutnya sebagai;
“nyumput buni di nu caang” (tersembunyi ditempat yang terang) artinya adalah; mentalitas, pikiran, perilaku, seni, kebudayaan, filosofi dll. yang mereka lakukan sesungguhnya adalah hasil didikan agama Sunda tetapi si pelaku sendiri tidak mengetahuinya.
Inti pola dasar ajaran Sunda adalah “berbuat baik dan benar yang dilandasi oleh kelembutan rasa welas-asih.
Pola dasar tersebut diterapkan melalui Tri-Dharma (Tiga Kebaikan) yaitu sebagai pemandu ‘ukuran’ nilai atas keagungan diri seseorang/ derajat manusia diukur berdasarkan dharma (kebaikan) :
  1. Dharma Bakti, ialah seseorang yang telah menjalankan budhi kebaikan terhadap diri, keluarga serta di lingkungan kecil tempat ia hidup, manusianya bergelar “Manusia Utama”.
  2. Dharma Suci, ialah seseorang yang telah menjalankan budhi kebaikan terhadap bangsa dan negara, manusianya bergelar “Manusia Unggul Paripurna” (menjadi idola).
  3. Dharma Agung, ialah seseorang yang telah menjalankan budhi kebaikan terhadap segala peri kehidupan baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, yang tercium, yang tersentuh dan tidak tersentuh, segala kebaikan yang tidak terbatasi oleh ruang dan waktu, manusianya bergelar “Manusia Adi Luhung” (Batara Guru)
Nilai-nilai yang terkandung di dalam Tri-Dharma ini kelak menjadi pokok ajaran “Budhi-Dharma” (Buddha)yang mengutamakan budhi kebaikan sebagai bukti dan bakti rasa welas-asih terhadap segala kehidupan untuk mencapai kebahagiaan, atau pembebasan diri dari kesengsaraan.
Ajaran ini kelak dilanjutkan dan dikembangkan oleh salah seorang tokoh Mahaguru Rasi Shakyamuni – Sidharta Gautama (‘Sang Budha’), seorang putra mahkota kerajaan Kapilawastu di Nepal – India.
Pembentukan Tri-Dharma Sunda dilakukan melalui tahapan yang berbeda sesuai dengan tingkatan umurnya (?) yaitu :
  1. Dharma Rasa, ialah mendidik diri untuk dapat memahami “rasa” (kelembutan) di dalam segala hal, sehingga mampu menghadirkan keadaan“ngarasa jeung rumasa” (menyadari rasa dan memahami perasaan). Dengan demikian dalam diri seseorang kelak muncul sifat menghormati, menghargai, dan kepedulian terhadap sesama serta kemampuan merasakan yang dirasakan oleh orang lain (pihak lain), hal ini merupakan pola dasar pembentukan sifat “welas-asih” dan manusianya kelak disebut Dewa-Sa”.
  2. Dharma Raga, adalah mendidik diri dalam bakti nyata (bukti) atau mempraktekan sifat rasa di dalam hidup sehari-hari (*bukan teori) sehingga kelak keberadaan/ kehadiran diri dapat diterima dengan senang hati (bahagia) oleh semua pihak dalam keadaan “ngaraga jeung ngawaruga”(menjelma dan menghadirkan). Hal ini merupakan pola dasar pembentukan perilaku manusia yang dilandasi oleh kesadaran rasa dan pikiran. Seseorang yang telah mencapai tingkatan ini disebut Dewa-Ta”.
  3. Dharma Raja, adalah mendidik diri untuk menghadirkan “Jati Diri” sebagai manusia “welas-asih” yang seutuhnya dalam segala perilaku kehidupan “memberi tanpa diberi” atau memberi tanpa menerima (tidak ada pamrih). Tingkatan ini merupakan pencapaian derajat manusia paling terhormat yang patut dijadikan suri-teladan bagi semua pihak serta layak disebut (dijadikan) pemimpin.
Ajaran Sunda berlandas kepada sifat bijak-bajik Matahari  yang menerangi dan membagikan cahaya terhadap segala mahluk di penjuru Bumi tanpa pilih kasih dan tanpa membeda-bedakan. Matahari telah menjadi sumber utama yang mengawali kehidupan penuh suka cita, dan tanpa Matahari segalanya hanyalah kegelapan.
Oleh sebab itulah para penganut ajaran Sunda berkiblat kepada Matahari (Sang Hyang Tunggal) sebagai simbol ketunggalan dan kemanunggalan yang ada di langit, dan kiblat agama Sunda itu bukan diciptakan oleh manusia.
Sundayana menyebar ke seluruh dunia, terutama di wilayah Asia, Eropa, Amerika dan Afrika, sedangkan di Australia tidak terlalu menampak. Oleh masyarakat Barat melalui masing-masing kecerdasan kode berbahasa mereka ajaran Matahari ini diabadikan dalam sebutan SUNDAY (hari Matahari), berasal dari kata “Sundayana” dan bangsa Indonesia lebih mengenal Sunday itu sebagai hari Minggu.
Di wilayah Amerika kebudayaan suku Indian, Maya dan Aztec pun tidak terlepas dari pemujaan kepada Matahari, demikian pula di wilayah Afrika dan Asia, singkatnya hampir seluruh bangsa di dunia mengikuti ajaran leluhur bangsa Galuh Agung (Nusantara) yang berlandaskan kepada tata-perilaku berbudhi dengan rasa “welas-asih” (cinta-kasih).
Jejak keberadaan ajaran agama Sunda yang kemudian berkembang hingga saat ini terekam dalam kebudayaan masyarakat Roma (kerajaan Romawi) yang menetapkan tanggal 25 Desember sebagai “Hari Matahari” (Sunday) yaitu hari pemujaan kepada Matahari (Sunda) dan kini masyarakat Indonesia lebih mengenalnya sebagai hari “Natal”.
Oleh bangsa Barat (Eropa dan Amerika) istilah Sundayana ‘dirobah’ menjadi Sunday sedangkan di Nusantara dikenal dengan sebutan “Surya” (*Bangsa Arya ?) yang berasal dari tiga suku kata yaitu Su-Ra-Yana, bangsa Nusantara memperingatinya dalam upacara “Sura” (Suro) yang intinya bertujuan untuk mengungkapkan rasa menerima-kasih serta ungkapan rasa syukur atas “kesuburan” negara yang telah memberikan kehidupan dalam segala bentuk yang menghidupkan; baik berupa makanan, udara, air, api (kehangatan), tanah, dan lain sebagainya.
Pengertian Surayana pada hakikatnya sama saja dengan Sundayana sebab mengandung maksud dan makna yang sama.
–          SU = Sejati
–          RA = Sinar/ Maha Cahaya/ Matahari
–          YANA = way of life/ ajaran/ ageman/ agama
Maka arti “Surayana” adalah sama dengan “Agama Matahari yang Sejati” dan dikemudian hari bangsa Indonesia mengenal dan mengabadikannya dengan sebutan “Sang Surya” untuk mengganti istilah “Matahari”.
Perobahan istilah SUNDA
Perobahan istilah “Sunda”
Sekilas gambaran di atas boleh jadi hanya bersifatgatuk (mencocok-cocokan), namun mustahil jika kemiripan penanda (sebutan dan objek) itu terjadi dengan sendirinya tanpa sebab, selain itu terjadi pula kemiripan pada nilai-nilai yang bersifat prinsip dan mustahil pula jika tidak ada yang memulai dan mengajarkannya. Tentu “tidak mungkin ada akibat jika tanpa sebab” (hukum aksi-reaksi), dalam pepatah leluhur bangsa Nusantara menyebutkan “tidak ada asap jika tidak ada api” atau “mustahil ada ranting jika tidak ada dahan” maka segalanya pasti ada yang memulai dan mengajarkan.
5000 tahun sebelum penanggalan Masehi di Asia dalam sejarah peradaban bangsa Mesir kuno  menerangkan (menggambarkan) tentang keberadaan ajaran Matahari dari bangsa Galuh, mereka menyebutnya sebagai “RA” yang artinya adalah Sinar/ Astra/ Matahari/ Sunda.
“RA” digambarkan dalam bentuk “mata” dan diposisikan sebagai “Penguasa Tertinggi” dari seluruh ‘dewa-dewa’ bangsa Mesir kuno yang lainnya, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bangsa Mesirkuno-pun menganut dan mengakui Sundayana (Agama Matahari) yang dibawa dan diajarkan oleh leluhur bangsa Galuh.
Disisi lain bangsa Indonesia saat ini mengenal bentuk dan istilah “mata” (eye) yang mirip dengan gambaran “AMON-RA” bangsa Mesir kuno, sebutan “amon”mengingatkan kita kepada istilah “panon” yang berarti “mata” yang terdapat pada kata “Sang Hyang Manon”yaitu penamaan lain bagi Matahari di masyarakat Jawa Barat jaman dahulu (*apakah kata Amon danManon memiliki makna yang sama?)
Selain di Asia (Mesir) bangsa Indian di Amerika-pun sangat memuja Matahari (sebagai simbol leluhur, dan mereka menyebut dirinya sebagai bangsa “kulit merah”) bahkan masyarakat Inca, Aztec dan Maya di daerah Amerika latin membangun kuil pemujaan yang khusus ditujukan bagi Matahari, hingga mereka menggunakan pola penghitungan waktu yang berlandas pada peredaran Matahari, mirip dengan di Nusantara (pola penanggalan Saka = Pilar Utama = Inti / Pusat Peredaran = Matahari).

Masyarakat suku Inca di Peru (Amerika Latin) membangun tempat pemujaan kepada Matahari di puncak bukit yang disebut Machu Picchu. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa secara umum konsep “meninggikan dengan pondasi yang kokoh” dalam kaitannya dengan “keagungan“ (tinggi, luhur, puncak, maha) merupakan landas berpikir yang utama agama Sunda.
Secara filosofis, pola bentuk ‘bangunan’ menuju puncak meruncing (gunungan) itu merupakan perlambangan para Hyang yang ditinggikan atau diluhurkan, hal inipun merupakan silib-siloka tentang perjalanan manusia dari “ada” menuju “tiada” (langit), dari jelmamenjadi manusia utama hingga kelak menuju puncak kualitas manusia adiluhung (maha agung).
Demikian pula yang dilakukan oleh suku Maya di Mexico pada jaman dahulu, mereka secara khusus membangun tempat pemujaan (kuil/pura) kepada Matahari (Sang Hyang Tunggal).
Pada jaman dahulu hampir seluruh bangsa di benua Amerika (penduduk asli) memuja kepada Matahari, dan hebatnya hampir semua bangsa menunjukan hasil kebudayaan yang tinggi. Kemajuan peradaban dalam bidang arsitektur, cara berpakaian, sistem komunikasi (baik bentuk lisan, tulisan, gaya bahasa, serta gambar), adab upacara, dll. Kemajuan dalam bidang pertanian dan peternakan tentu saja yang menjadi yang paling utama, sebab hal tersebut menunjukan kemakmuran masyarakat, artinya mereka dapat hidup sejahtera tentram dan damai dalam kebersamaan hingga kelak mampu melahirkan keindahan dan keagungan dalam berkehidupan (berbudaya).
Sekitar abad ke XV kebudayaan agung bangsa Amerikalatin mengalami keruntuhan setelah datangnya paramissionaris Barat yang membawa misi Gold, Glory danGospel. Tujuan utamanya tentu saja Gold (emas/ kekayaan) dan Glory (kejayaan/ kemenangan) sedangkan Gospel (agama) hanya dijadikan sebagai kedok politik agar seolah-olah mereka bertujuan untuk “memberadabkan” sebuah bangsa.
Propaganda yang mereka beritakan tentang perilaku biadab agama Matahari dan kelak dipercaya oleh masyarakat dunia adalah bahwa; “suku terasing penyembah matahari itu pemakan manusia”, hal ini mirip dengan yang terjadi di Sumatra Utara serta wilayah lainnya di Indonesia. Dibalik propaganda tersebut maksud sesungguhnya kedatangan para ‘penyebar agama’ itu adalah perampokan kekayaan alam dan perluasan wilayah jajahan (imperialisme), sebab mustahil bangsa yang sudah “beragama” harus ‘diagamakan’ kembali dengan ajaran yang tidak berlandas kepada nilai-nilai kebijakan dan kearifan lokalnya.
Dalam pandangan penganut agama Sunda (bangsa Galuh) yang dimaksud dengan “peradaban sebuah bangsa (negara)” tidak diukur berdasarkan nilai-nilai material yang semu dan dibuat-buat oleh manusia seperti bangunan megah, emas serta batu permata dan lain sebagainya melainkan terciptanya keselarasan hidup bersama alam (keabadian). Prinsip tersebut tentu saja sangat bertolak-belakang dengan negara-negara lain yang kualitas geografisnya tidak sebaik milik bangsa beriklim tropis seperti di Nusantara dan negara tropis lainnya. Leluhur Galuh mengajarkan tentang prinsip kejayaan dan kekayaan sebuah negara sebagai berikut :

“Gunung kudu pageuh, leuweung kudu hejo, walungan kudu herang, taneuh kudu subur, maka bagja rahayu sakabeh rahayatna”
(Gunung harus kokoh, hutan harus hijau, sungai harus jernih, tanah harus subur, maka tentram damai sentausa semua rakyatnya)
“Gunung teu meunang dirempag, leuweung teu meunang dirusak”
(Gunung tidak boleh dihancurkan, hutan tidak boleh dirusak)


Kuil (tempat peribadatan) pemujaan Matahari hampir seluruhnya dibangun berdasarkan pola bentuk “gunungan” dengan landasan segi empat yang memuncak menuju satu titik. Boleh jadi hal tersebut berkaitan erat dengan salah satu pokok ajaran Sunda dalam mencapai puncak kualitas bangsa (negara) seperti Matahari yang bersinar terang, atau sering disebut sebagai “Opat Ka Lima Pancer” yaitu; empat unsur inti alam (Api, Udara, Air, Tanah) yang memancar menjadi “gunung” sebagai sumber kehidupan mahluk.
Menilik bentuk-bentuk simbolik serta orientasi pemujaannya maka dapat dipastikan bahwa piramida di wilayah Mesir-pun sesungguhnya merupakan kuil Matahari (Sundapura). Walaupun sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa piramid itu adalah kuburan para raja namun perlu dipahami bahwa raja-raja Mesir kuno dipercaya sebagai; Keturunan Matahari/ Utusan Matahari/ Titisan Matahari/ ataupun Putra Matahari, dengan demikian mereka setara dengan “Putra Sunda”(Utusan Sang Hyang Tunggal).
Untuk sementara istilah “Putra Sunda” bagi para raja Mesir kuno dan yang lainnya tentu masih terdengar janggal dan aneh sebab selama ini sebutan “Sunda” selalu dianggap sebagai suku, ras maupun wilayah kecil yang ada di pulo Jawa bagian barat saja, istilah “Sunda” seolah tidak pernah terpahami oleh bangsa Indonesia pun oleh masyarakat Jawa Barat sendiri.
Tidak diketahui waktunya secara tepat,
Sang Narayana Galuh Hyang Agung (Galunggung)mengembangkan dan mengokohkan ajaran Sunda di Jepang, dengan demikian RA atau Matahari begitu kental dengan kehidupan masyarakat Jepang, mereka membangun tempat pemujaan bagi Matahari yang disebut sebagai Kuil Nara (Na-Ra / Api-Matahari) dan masyarakat Jepang dikenal sebagai pemuja DewiAmate-Ra-Su Omikami yang digambarkan sebagai wanita bersinar (Astra / Aster / Astro / Astral / Austra).

Tidak hanya itu, penguasa tertinggi “Kaisar Jepang” pun dipercaya sebagai titisan Matahari atau Putra Matahari (Tenno) dengan kata lain para kaisar Jepang-pun bisa disebut sebagai “Putra Sunda” (Anak/ Utusan/ Titisan Matahari) dan hingga saat ini mereka mempergunakan Matahari sebagai lambang kebangsaan dan kenegaraan yang dihormati oleh masyarakat dunia.

Dikemudian hari Jepang dikenal sebagai negeri “Matahari Terbit” hal ini disebabkan karena Jepang mengikuti jejak ajaran leluhur bangsa Nusantara, hingga pada tahun 1945 ketika pasukan Jepang masuk ke Indonesia dengan misi “Cahaya Asia” mereka menyebut Indonesia sebagai “Saudara Tua” untuk kedok politiknya.
Secara mendasar ajaran para leluhur bangsa Galuh dapat diterima di seluruh bangsa (negara) karena mengandung tiga pokok ajaran yang bersifat universal (logis dan realistis), tanpa tekanan dan paksaan yaitu :
  1. Pembentukan nilai-nilai pribadi manusia (seseorang) sebagai landasan pokok pembangunan kualitas keberadaban sebuah bangsa (masyarakat) yang didasari oleh nilai-nilai welas-asih (cinta-kasih).
  2. Pembangunan kualitas sebuah bangsa menuju kehidupan bernegara yang adil-makmur-sejahtera dan beradab melalui segala sumber daya bumi (alam/ lingkungan) di wilayah masing-masing yang dikelola secara bijaksana sesuai dengan kebutuhan hidup sehari-hari.
  3. Pemeliharaan kualitas alam secara selaras yang kelak menjadi pokok kekayaan atau sumber daya utama bagi kehidupan yang akan datang pada sebuah bangsa, dan kelak berlangsung dari generasi ke generasi (berkelanjutan).
Demikian ajaran Sunda (SundayanaSurayana/ Agama Matahari) menyebar ke seluruh penjuru Bumi dibawa oleh para Guru Hyang memberikan warna dalam peradaban masyarakat dunia yang diserap dan diungkapkan (diterjemahkan) melalui berbagai bentuk tanda berdasarkan pola kecerdasan masing-masing bangsanya.
Ajaran Sunda menyesuaikan diri dengan letak geografis dan watak masyarakatnya secara selaras (harmonis) maka itu sebabnya bentuk bangunan suci (tempat pemujaan) tidak menunjukan kesamaan disetiap negara, tergantung kepada potensi alamnya. Namun demikian pola dasar bangunan dan filosofinya memiliki kandungan makna yang sama, merujuk kepada bentuk gunungan.
Di Indonesia sendiri simbol “RA” (Matahari/ Sunda) sebagai ‘penguasa’ tertinggi pada jaman dahulu secara nyata teraplikasikan pada berbagai sisi kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. Hal itu diungkapkan dalam bentuk (rupa) serta penamaan yang berkaitan dengan istilah “RA” (Matahari) sebagai sesuatu yang sifat agung maupun baik, seperti;
  1. Konsep wilayah disebut “Naga-Ra/ Nega-Ra”
  2. Lambang negara disebut “Bende-Ra”
  3. Maharaja Nusantara bergelar “Ra-Hyang”
  4. Keluarga Kerajaan bergelar “Ra-Keyan dan Ra-Ha-Dian (Raden)”.
  5. Konsep ketata-negaraan disebut “Ra-si, Ra-tu, Ra-ma”
  6. Penduduknya disebut “Ra-Hayat” (rakyat).
  7. Nama wilayah disebut “Dirganta-Ra, Swarganta-Ra, Dwipanta-Ra, Nusanta-Ra, Indonesia (?)”
dll.
Kemaharajaan (Keratuan/ Keraton) Nusantara yang terakhir, “Majapahit” kependekan dari Maharaja-Pura-Hita (Tempat Suci Maharaja yang Makmur-Sejahtera) dikenal sebagai pusat pemerintahan “Naga-Ra” yang terletak di Kadiri – Jawa Timur sekitar abad XIII masih mempergunakan bentuk lambang Matahari, sedangkan dalam panji-panji kenegaraan lainnya mereka mempergunakan warna “merah dan putih”(Purwa-Daksina) yang serupa dengan pataka (‘bendera’) Indonesia saat ini.
Bende-Ra MAJAPAHIT
Bende – Ra Majapahit
Tidak terlepas dari keberadaan ajaran Sunda (Matahari) dimasa lalu yang kini masih melekat diberbagai bangsa sebagai lambang kenegaraan ataupun hal-hal lainnya yang telah berobah menjadi legenda dan mithos, tampaknya bukti terkuat tentang cikal-bakal (awal) keberadaan ajaran Matahari atau agama “Sunda” itu masih tersisa dengan langgeng di Bumi Nusantara  yang kini telah beralih nama menjadi Indonesia.
Di Jawa Kulon (Barat) sebagai wilayah suci tertua(Mandala Hyang) tempat bersemayamnya Leluhur Bangsa Matahari (Pa-Ra-Hyang) hingga saat ini masih menyisakan penandanya sebagai pusat ajaran Sunda (Matahari), yaitu dengan ditetapkannya kata “Tji” (Ci)yang artinya CAHAYA di berbagai wilayah seperti; Ci Beureum (Cahaya Merah), Ci Hideung (Cahaya Hitam),Ci Bodas (Cahaya Putih), Ci Mandiri (Cahaya Mandiri), dan lain sebagainya. Namun sayang banyak ilmuwan Nusantara khususnya dari Jawa Barat malah menyatakan bahwa “Ci” adalah “cai” yang diartikan sebagai “air”, padahal jelas-jelas untuk benda cair itu masyarakat Jawa Barat jaman dulu secara khusus menyebutnya sebagai “Banyu” dan sebagian lagi menyebutnya sebagai “Tirta” (*belum diketahui perbedaan diantara keduanya).
Sebutan “Ci” yang kelak diartikan sebagai “air”(cai/nyai) sesungguhnya berarti “cahaya/ kemilau” yang terpantul di permukaan banyu (tirta) akibat pancaran “sinar” (kemilau). Masalah “penamaan/ sebutan” seperti ini oleh banyak orang sering dianggap sepele, namun secara prinsip berdampak besar terhadap “penghapusan” jejak perjalanan sejarah para leluhur bangsa Galuh Agung pendiri agama Sunda (Matahari).
 

Sabtu, 24 Februari 2018

RATU ADIL lahir di TANAH SUCI

TANAH SUCI bagi penghuni SUNDALAND adalah TATAR SUNDA, BUMI PARAHYANGAN.

BUMI PARAHYANGAN adalah tempat tinggal DEWA - DEWI penghuni  kaHYANGan.

RATU ADIL lahir di TANAH SUCI di BUMI PARAHYANGAN.




Jumat, 23 Februari 2018

november 11, 2017

Setelah beberapa hari melelahkan terlewati.......

Perjalanan dari Cikotok dengan bus Damri tujuan Serang.
Sepanjang perjalanan terhalang oleh pergantian jembatan, bukan perbaikan tapi diganti dengan yang baru.

Siloka.... jembatan lama diganti dengan jembatan baru.
Dinasti lama penyembah berhala harus dihancurkan.

Nusantara di asuh oleh Sabdapalon dan Noyogenggong  sedang mengasuh, menjaga dan membimbing Ratu Adil Palamarta.

Terbukanya pusaran bumi pada tahun 2016 lalu, "Sirian Portal Gate" yang memberi kelimpahan kesejahteraan umat manusia dimuka bumi dengan meningkatnya kesadaran spiritual.

Kesadaran spiritual umat manusia dimuka bumi menyelamatkan manusia pada perhitungan akhir alam semesta yang akan menyelamatkan manusia pada saat Ratu Adil Palamarta menegakan keadilan di muka bumi.
dan inilah saatnya!!!.



Satria Pininggit adalah Raja Perang Pangeran Perdamaian.

Siapakah beliau??

RAJA PERANG, 
PANGERAN PERDAMAIAN.

Dunia ini menanti sosok manusia sejati yang memimpin umat manusis di dunia ini menuju kehidupan yang damai dan sejahtera.jahtera.
Sosok yang memiliki julukan sebagai Raja Perang dan Pangeran Perdamaian.

Sering juga disebut sebagai ;
  • Budak Angon
  • Satria Pininggit
  • Imam Mahdi
  • Nabi Isa
  • Zoro Aster
  • Kalki Avatatara
Beberapa Raja perang di bawah ini, siapakah??


Lutung Kasarung.

Caturkeun Ratu di Manggung
Carita di Kahyangan
Guru Minda Kahyangan
Anak dewata cikalna
Titisan Gurian Tunggal
Seuweu batara ti langit
Ngabujang di para dewata
Kasep taya papadana
Keur meujeuhna teguh cangcut.




Jenghis Khan
Jenghis Khan, juga dieja Genghis Khan, Jinghis Khan, Chinghiz Khan, Chinggis Khan, Changaiz Khan, dll, nama asalnya TemĂĽjin, juga dieja Temuchin atau TiemuZhen adalah khan Mongol dan ketua militer yang ...Wikipedia
Meninggal18 Agustus 1227, Xia Barat
Masa kekuasaan1206–1227
GelarKhan, Kha Khan

Sir William Wallace

Sir William Wallace adalah seorang patriot pada abad ke-13 di Skotlandia. Kisah kepahlawanannya telah difilmkan dengan judul "The Braveheart" yang dibintangi aktor asal Australia Mel Gibson. Wikipedia
Meninggal23 Agustus 1305, Smithfield, London
Tinggi1,95 m
PasanganMarion Braidfute (m. ?–1297)
Sri Baduga Maharaja
Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi putra Prabu Dewa Niskala putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana lahir 1401 M di Kawali Ciamis, mengawali pemerintahan zaman Pakuan Pajajaran Pasundan, yang memerintah Kerajaan Sunda Galuh selama 39 tahun. Wikipedia
Nama lengkapSang Ratu Jaya Dewata