Patilasan Sang
Prabu Jaka Susuru, Di
Désa Sukaramé, Kacamatan Ciranjang, Kabupatén
Cianjur. Sekarang di
kenal dengan nama Lembur Susurui berikut;(mitos yang menunjuk era Pulau Jawa masih menjadi satu dengan pulau Sumatra).

Sang Raja memiliki
seorang Putra Radén Munding
Mintra Kasiringan Wangi.
Pada suatu hari semua pejabat istana berkumpul untuk
mengangkat Putra Raja menjadi Bupati.

Sebelum berangkat Radén
Munding Mintra Kasiringan Wangi, Makuta
Siger Kancana dan Lawé Domas Kinasihan.
Sebagai tanda “seuweu-siwi”
Siliwangi, bagian dari Negara Pajajaran.
Radén Munding Mintra Kasiringan Wangi, di damping dua mantri, Sewana Giri dan Sewana Guru menuju Tatar Alas Pasagi Wétan.
![]() |
Benteng Istana |
Tibalah di suatu tepat yang subur , Radén Munding Mintra Kasiringan Wangi langsung bersujud semedi, mohon pertolongan Sang Hyang Otipati.
Permohonan Radén Munding Mintra Kasiringan Wangi di kabulkan, mejadi negara yang akmur dan sentosa. Di bentengi oleh lima benteng, bénténg besi, hiji bénténg baja, bénténg tambaga, bénténg pérak dan hiji bénténg besi purasani(pentagon).
Keratonnya ada di tengah.
Radén Munding Mintra Kasiringan Wangi, kembali memohon kepada Sang Hyang Otipati,
agar di beri: 8000 satria, 80.000
prajurit dan 80 badéga yang mengurus keraton.
Radén Munding Mintra Kasiringan Wangi, mengirim utusan kepada Sang Raja.
![]() |
Bandingkan dengan logo Pentagon? |
Nagara Tanjung Singuru,
lama-lama menjadi negara yang besar dan
kuat.
Sang Raja menitahkan
kepada Mantri Sewana Guru
untuk pergi ke Nagara Bitungwulung,
Bupati Bitungwulung, Pangéran
Jungjang Buana mempunyai dua putri, Sekar Jayanti dan Jayanti Kembang.
Mantri Sewana Guru menyampaikan
maksud kedatangan nya untuk melamar Putri Bupati Bitungwulung, Pangéran Jungjang Buana.
Pangéran Jungjang
Buana menyetujui nya dan mengantarkan ke dua Putrinya pada
Sang Prabu Jaka Susuru di
Negara Tanjung Singuru.
Berita itu di dengar
oleh Raja di Gunung Gumuruh, Raja Badak Tamela Sukla Panarak Jaya.
Adik Raja bernama Ratna
Kembang, belum menikah.
Kerajaan Negara
Gunung Gumuruh tidak jauh dari Tanjung Singuru.
Makanya keramaian di Tanjung Singuru terdengar oleh Badak Tamela.
“Nyai, di mana pésta yang ku dengar ini?
Dan pesta apa?
Kayaknya tidak jauh
dari sini, banyak
rakyat kita yang dating menonton ke sana’.
Putri Ratna
Kembang menjawab , Bahwa Putra
Bupati Bitung Wulung
dua-duanya di nikahkan kepada
Prabu Jaka Susuru,
pestanya di adakan di Tanjung
Singuru.
Badak Tamela sangat
marah, karena menaruh ahti kepada kedua Putri Bupati Bitung Wulung.
Badak Tamela keluar
dari keraton, pergi ke Tanjung Singuru.
Badak Tamela berkata
kepada Prabu
Jaka Susuru di Srimanganti, berpura-pura mau berbakti.
Sang Prabu Jaka Susuru tampak
siaga, denga perkataan Badak
Tamela.
Badak Tamela berkata,
“Tidak ada yang bias menandingi Kang Rai Prabu Jaka Susuru, yang termasyur sakti, untuk mengambil permata
di Kawah Domas”.
Prabu Jaka Susu¬ru percaya
apa yang dikatakan Badak Tamela.
Prabu Jaka Susu¬ru pergi
ke Kawah Domas, di iring
ku Sewana Guru dan Sewana Giri.
Saat tiba di Kawas Domas, ketiganya di dorong jatuh oleh Badak Tamela, ke kawah yang panas.
Trus kawah itu di
tutup batu besar, sesudah itu Badak Tamela kembali ke
Tanjung Singuru.
Sekar
Jayanti dan Jayanti Kem¬bang merasakan firasat buruk, keduanya berlari ke
hutan bersembunyi, sampai akhirnya mereka melahirkan anak laki-laki tampan
seperti ayahnya.
Kedua permaisuri itu
tinggal di huan berrsama kedua anaknya.
Akhirnya mereka keluar
hutan dan sampai di Negara
Tanjung Sembara dan menceritakan
semua kejadian kepada Raja Prabu Gajah Kumarasakti.
Raja Prabu Gajah Kumarasakti memiliki dua permaisuri, Purba Déwata dan Ratna Déwata.
Mendengar kisah Prabu
Jaka Susuru, Raja Gajah
Kumarasakti menghimpun
bantuan menyerang
Badak Tamela yang
merampas Nagara Tanjung Si¬nguru.
Badak Tamela sudah
bersiap-siap menunjukan kesaktiannya.
Badak Tamela keluar
dari keraton,
menghampiri musuh dan berhasil di ringkus oleh Gajah Kumarasakti.
Badak Tamela kalah dan
memohon ampun kepada Prabu Gajah Ku¬marasakti.
“Ampun Sang Prabu, saya
minta di maafkan minta hirup dan huripna.”
Prabu Gajah Kumarasakti menjawab,”Badak
Tamela saya ampuni,
keluarkan Prabu Jaka Susuru dan pengawalnya dari Kawah
Domas”.
Buru-buru Badak
Tamela ke Kawah Domas, besar batu penutup di lemparkannya
jauh sekali.
Secepatnya ia mengeluarkan Prabu Jaka Susuru, bersama Sewana Giri dan Sewana Guru dari Kawah Domas.
Badak Tamela memohon
ampun, dan membaktikan adiknya Ratna
Kembang. Baktinya terima oleh Prabu Jaka Susuru. Selanjutnya
Badak Tamela di jadikan
bupati di Gunung Gumuruh.
Sesampainya di kota Tanjung
Singuru, Sang Prabu Jaka Susuru
silihrangkul dengan Prabu Gajah Kumarasakti dan sangat berterimakasih atas pertolongannya.
Sang Prabu Jaka Susuru memerintah
Nagara Tanjung Singuru, didampingi tiga permaisuri:
Sekar Jayanti, Jayanti Kembang, dan Rat¬na Kembang.
Sampurasun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar