Rabu, 03 Mei 2017

NYAI POHACI

suluhna aya ngaranana Pohaci Runtuyan Jati


seuneuna Pohaci Lenyap Herang
parakona Pohaci Leukeuran Jati
hawuna Pohaci Dungkukan Jati
seengna Pohaci Danu Hawu
aseupanana Pohaci Kukusan Jati
dulangna Pohaci Talaga Jati
turub dulangna Pohaci Pamayung Jati
ari kejona Pohaci Jungjunan Sari


    1237012_4817478415364_1944059984_n

Pohaci Muruhmuy Putih
Pohaci Terus Rarang
Pohaci Rambat Rarang
Pohaci Lencop Rerang
Pohaci Lencop Hurip
Pohaci Lenggang Rerang
Pohaci Lenggok Maya
Pohaci Pancar Hurip
Pohaci Naga Gini
Pohaci Jayang Gana
Pohaci Tenjo Maya
Pohaci Pangdurat Sari
Pohaci Lenggok Kuning. 





Nyai Sri Pohaci adalah seorang Dewi yg dipercaya menciptakan padi di dunia. Mitosnya bermula ketika Sang Hyang Guru akan membuat dua balai di Bale Bandung. Ia menyuruh Sang Hyang Narada agar memerintah para dewa mencari ramuan untuk membuat balai tersebut.
Dewa Anta (Anta Boga), Dewa berwujud ular naga menangis karena ia tidak memiliki tangan untuk melakukan tugas dari Sang Hyang Guru. Tangisan Dewa Anta tersebut berubah menjadi tiga butir mutiara yang oleh Sang Hyang Narada diperintahkan untuk diberikan pada Sang Hyang Guru.
Dewa Anta membawa ketiga butir mutiara itu di dalam mulutnya dan dalam perjalanannya menemui Sang Hyang Guru, seekor burung elang menanyakan hendak kemana dirinya. Dewa Anta tidak bisa menjawab karena di dalam mulutnya ia menyimpan mutiara. Si burung elang pun marah karena pertanyaannya tidak dijawab, ia menyambar Dewa Anta dan dua dari tiga mutiaranya jatuh ke Bumi, kemdian pecah dan menjadi anak babi yang bernama Kalabuat dan seekor Budug Basu, yaitu binatang setengah anjing dan setengah babi. Satu mutiara lagi berhasil diberikan pada Sang Hyang Guru dan setelah menetas menjadi gadis cantik yang diberi nama Nyai Sri Pohaci atau Nyai Asri.
Kecantikan Nyai Asri membuat Sang Hyang Wenang khawatir Sang Hyang Guru ingin menikahinya, karenanya setelah berbicara dengan Para Dewa yang lain, mereka setuju untuk meracuni Nyai Pohaci. Nyai Pohaci pun meninggal sebagai perawan suci, dan konon, karena kesuciannya dari dirinya tumbuh tumbuh – tumbuhan yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh manusia, yang paling terkenal adalah dari kakinya tumbuh padi.
——————————————————————–
Selain mengenai Nyai Pohaci, Wawacan Sulanjana juga bercerita mengenai menanak nasi. Cerita ini lebih akrab di telinga masyarakat sebagai kisah Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari, namun yang berbeda adalah Nawang Wulan tidak menikahi Jaka Tarub melainkan Raja Padjadjaran. Alkisah Batara Guru mengirimkan Semar untuk memberikan beras pada Kerajaan Padjadjaran untuk dimakan.
Selain Semar, Batara Guru juga mengirimkan Nawang Wulan untuk mengajarkan cara menanak nasi. Alih – alih mengajarkan cara menanak nasi, Nawang Wulan merahasiakan hal ini pada manusia, ia memasukan batang padi pada sebuah alat dari bambu dan jadilah nasi. Raja Padjadjaran yang penasaran mengintip Nawang Wulan meski telah diberi peringatan. Nawang Wulan pun kehilangan kekuatannya untuk menanak nasi secara cepat dan Semar kembali ke bumi untuk mengajarkan cara menanak nasi yang lebih rumit yang merupakan cara menanak nasi tradisional.
Sulanjana merupakan seorang pelindung padi, yang dimaksud dengan melindungi padi adalah melindungi padi dari ancaman hama seperti celeng, tikus, dan serangga. Hal ini dikarenakan kisahnya Prabu Siliwangi enggan menjual beras pada Dampo Awang dari Kerajaan Seberang karena beras di leuitnya dianggap suci. Dampo Awang menyuruh Sapi Gumarang untuk mencari Budug Basu dan Kalabuat yang sebelumnya mati di makam saudarinya, Sri Pohaci karena mereka ingin bersama – sama saudarinya. Ketika Budug Basu dan Kalabuat ditemukan dan dibawa keliling dunia, tubuh mereka berubah menjadi serangga, tikus dan celeng yang sampai sekarang dikenal sebagai hama padi. Sulanjana yang dibesarkan oleh Dewi Pertiwi (Pravati atau Ibu Bumi) mencari Sapi Gumarang dan ketika hendak dibunuh, Sapi Gumarang memohon ampun. Sebagai balasan atas tindakannya, Sapi Gumarang harus membayarnya dengan membantu Sulanjana merawat padi dan kemudian Sapi Gumarang berubah menjadi kerbau yang dikenal sebagai pembantu untuk membajak sawah.
Orang Sunda percaya padi adalah bentuk kasih sayang Nyai Pohaci terhadap mereka, sementara Sulanjana mengasihi Orang Sunda dengan melindungi padi dari hama dan Semar rela turun ke Bumi untuk mengajarkan manusia bagaimana menanak nasi. Oleh karenanya, sebagai wujud rasa syukur pada Yang Kuasa, ritual – ritual yang bersangkutan dengan pertanian ada di berbagai daerah.

Nyi Pohaci  dewa Sanghyang Asri sirna. Nyai Pohaci  seorang yang suci, pada makamnya muncul keajaiban, segala rupa tanaman yang berguna tumbuh di atas makannya;
  • Tina sirahna tumbuh tangkal kalapa.
  • Tina irung, biwir, jeung ceulina mekar rupi-rupi samara bungbu wangi jeung sasayuran.
  • Tina buukna mekaran jujukutan jeung sagala rupi kembang aneka warna nu saraé jeung wangi
  • Tina susuna ngarumbay bubuahan dalu ranum jeung aramis.
  • Tina leungeunna muncul tangkal jati, cendana, sagala rupi tatangkalan kakayon nu aya gunana
  • Tina momokna muncul tangkal kawung kalapis injuk, nu peueutna tiasa disadap kanggo ngadamel gula aren nu langkung aramis.
  • Tina pingpingna muncul sagala rupi tangkal awi.
  • Tina sukuna tumbuh sagala rupi beubeutian, hui amis, boléd sampeu, jeung sajabana.
  • Tina puseurna tumbuh paré, bakal barang kadaharan nu pang pentingna kanggo kamakmuran umat manusa sadayana.
Carios nu sanés nyebatkeun paré bodas muncul tina panon katuhuna, mun tina panon kéncana muncul paré beureum. Kasimpulananna sagala rupi tatangkalan nu aya gunana kanggo kamakmuran umat manusa marunculan tina layon Nyi Pohaci Sanghyang Asri. Ti mimiti éta téh rahayat tani sadaya mulyakeun Nyi Pohaci Sanghyang Asri, dewi nu dipusti-pusti, jeung dipikanya'ah ku sadayana, nu pangorbanannana nyuburkeun lemah demi umat manusa.ngna muncul sagala rupi 

Seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya Agama Islam, tradisi – tradisi ini mulai terkikis terkecuali bagi kelompok masyarakat tertentu yang masih memegang teguh kepercayaan Sunda Lama (Sunda Wiwitan).
Di Rancaekek terdapat sebuah tradisi yang disebut Tarawangsa yang merupakan Upacara Nyalin atau Ngiriman, yaitu upacara penghormatan pada Dewi Sri atau Kersa Nyai dan doa agar padi mereka tidak diganggu hama dan selalu melimpah panennnya. Dalam upacara ini para ronggeng ditanggap. Ronggeng memang selalu diidentikan dengan erotisme, namun bukan tanpa arti. Hal ini dianggap wajar karena erotisme juga merupakan bagian dari penciptaan kehidupan. Wanita – wanita muda pun menyimbolkan kesuburan, sesuatu yang sangat diharapkan petani pada tanah yang digarapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar