Senin, 03 April 2017

Cahaya pencerahan (Sungging Perbangkara)

Cahaya pencerahan (Sungging Perbangkara)

Simbolis dalam legenda Sangkuriang.
Sangkuriang adalah jiwa yang belum tercerahkan alias egois.

Bukit Tunggul  mengembalikan keutuhan jatidiri  harus dibentuk  dan tidak  terlepas dari sejarah diri  asal muasalnya (Bukit Tunggul, pohon sajaratun).

Wayungyang  menemukan jatidiri manusia akan melahirkan  kata hati (nurani) sebagai kebenaran sejati (Dayang Sumbi, Rarasati).

Gunung Burangrang, kehidupan di dunia fana ini hanya singkat saja dan   dan  semuanya akan berakhir ditelan masa menjadi setumpuk tulang-belulang.  

Gunung Tangkuban Parahu, rasa penyesalan yang sangat dalam (marah kepada diri sendiri), meratapi kemalangan yang menimpa diri(telungkup).

Gunung Manglayang melepaskan sumbat/mencabut keangkuhan

Di Ujungberung, tempat datangnya kesadaran mengakhir kesombongan.  

Kata hati harus diselaraskan dengan sadar dan waspada.

Datangnya kesadaran mengakhiri kesombongan (Ujungberung). .

Kelalaian hati nurani menyebabkan hilangnya kesadaran yang hakiki. 

Penyesalan adalah membunuh  rasa sombong. Karena sifat sombong akan menghilangkan nurani.
  
Mencari ilmu (kecerdasan intelektual)  di dunia fana hanya untuk  sekejap saja. Karena pada akhirnya  secara sadar maupun tidak sadar akan kembali kepada hati nurani.
Kehidupan sosial yang dilandasi kasih sayang, interdependency – silih asih-asah dan silih asuh yang humanis harmonis, yaitu satu telaga kehidupan sosial (membuat Talaga Bandung) yang dihuni berbagai kumpulan manusia dengan bermacam ragam perangainya (Citarum). 
Saat manusia hidup di dunia ini harus banyak maklum.

Manusia yang tidak sombong adalah manusia yang santun kepada siapapun  (Sanghyang Tikoro atau tenggorokan; bahasa Sunda: Hade ku omong goreng ku omong). 

Mulut adalah salah satu  indra. untuk manusia mencapai dimensi yang lebih tinggi,  lebih tinggi  dan lebih tinggi yang pada akhirnya menghilang(ngahyang) atau masuk ke dimensi lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar