AWAL MANIPULASI SEJARAH BANGSA
SUNDA NUSANTARA
Posted by Ahmad Yanuana Samantho on Januari 22, 2015 in Atlantis Sunda
Land, Ekonomi, Ibrah Sejarah, Internasional
dan dunia Islam, Politik
Pada awal berdirinya
negara Amerika Serikat (4 Juli 1776), maharaja Sunda Nusantara, SRI BADUGA
MAHARAJA SULTAN ABUL MAFACHIR MOEHAMMAD ALIOEDDIN AL MISRI memberikan pinjaman
keuangan/ kolateral (ribuan ton emas) kepada negara Amerika Serikat. Beliau
merupakan raja pertama yang mengakui kemerdekaan Amerika Serikat yang dipimpin
presiden pertama, George Washington.
Beliau
juga turut membantu dalam pembangunan gedung pemerintahan AS, “White House”.
Oleh karena itulah bentuk gedung pemerintahan AS, “White House” serupa dengan
Istana Bogor (salah satu istana Maharaja Sunda Nusantara).
Mundurnya
Inggris bukan lantaran menangnya tentara Amerika, tetapi karena desakan Sultan
Alioeddin kepada administratur benua Amerika yaitu Kerajaan Inggris, dalam
upaya Sultan ingin menggembalikan pemerintahan Bangsa Malay-Indian (dari arsip
kuno yang ditemukan, wilayah Amerika sebenarnya merupakan kerajaan bawahan dari
kemaharajaan Sunda Nusantara). Raja Inggris, George III terguncang jiwanya atas
kemerdekaan Amerika Serikat, dan menaruh dendam kepada kemaharajaan Sunda
Nusantara.
Pada
tanggal 10 Mei 1810, pasukan kemaharajaan Sunda Nusantara dibawah pimpinan SRI
BADUGA MAHARAJA SULTAN ACHMAD AL MISRI dapat mengalahkan pasukan laut Kerajaan
Perancis dibawah komando Herman Williem Daendels, yang hendak menyerang wilayah
kedaulatan kemaharajaan Sunda Nusantara. H.W. Daendels beserta pasukannya
menyerah tanpa syarat dan H.W Daendels dipenjarakannya. H.W. Daendels adalah
perwakilan dari kerajaan Perancis (ketika itu Belanda masih dijajah oleh
Perancis). Maharaja Sultan Achmad Al Misri, berkedudukan di Istana Merdeka,
Istana Cipanas, Istana Bogor, dan Istana Serosowan Bantan.
Kekalahan
tentara laut Perancis dibawah komando Daendels oleh Baginda Sultan Achmad
diperingati dengan rasa syukur. Sultan Achmad yang pernah bersekolah di Inggris
mengundang sahabatnya Thomas Stanford Raffles untuk merayakannya, karena
menganggap Inggris adalah musuh bebuyutan Perancis. Beliau beranggapan bahwa
Inggris akan merasa senang bila kemaharajaan Sunda Nusantara berhasil memukul
Perancis dan menawan panglimanya. Namun ternyata T.S. Raffles membawa tugas
misi khusus dari Raja Inggris, George IV, yang masih dendam pada maharaja Sunda
Nusantara atas kemerdekaan negara Amerika Serikat. T.S. Raffles ditugaskan
untuk membunuh Sultan Achmad, menghancurkan kemaharajaan Sunda Nusantara, dan
membebaskan H.W. Daendels. Karena H.W. Daendels adalah bangsawan De’Orange yang
masih sepupu keluarga Buckingham, dan ketika itu Perancis telah kalah oleh
Inggris.
T.S.
Raffles mengajak Sultan Achmad untuk berkeliling wilayah Nusantara, dengan
tujuan Pulau Banda (bagian kepulauan Sunda Kecil, penghasil pala terbaik di
dunia). Ketika itu Sultan Achmad hanya dikawal pasukan kecil saja, karena
tujuannya hanya sekedar jalan-jalan. Sultan Achmad tidak menyadari bahwa ajakan
sahabatnya itu sebenarnya adalah jebakan, karena sebelum keberangkatan, T.S.
Raffles telah memerintahkan pasukan AL nya untuk menunggu di Laut Banda. Begitu
sampai di laut Banda, rombongan Sultan Achmad dikepung oleh pasukan AL Inggris
yang telah siap dengan persenjataan lengkap. Sultan Achmad tidak berdaya,
kemudian diikat dan ditinggalkan begitu saja oleh T.S Raffles di sebuah pulau
kosong, dengan tujuan agar mati. Kapal kebesaran Sultan Achmad diambil alih
oleh T.S. Raffles dengan tujuan agar dia dapat kembali ke pusat kerajaan Sunda
Nusantara tanpa dicurigai oleh pasukan kerajaan Sunda Nusantara.
Inilah
sebabnya ketika rombongan kapal kebesaran Sultan Achmad (yang telah dikuasai
T.S. Raffles) beserta kapal pasukan AL Inggris kembali ke pelabuhan Sunda
Kalapa tak ada perlawanan, karena mengira mereka adalah rombongan Sultan Achmad
dan sahabatnya T.S. Raffles. Siasat ini menyebabkan T.S. Raffles beserta
pasukannya yang telah siap dengan persenjataan lengkap, dapat dengan mudah
menduduki pusat kerajaan Sunda Nusantara. Setelah menguasai pusat pemerintahan
kerajaan, selanjutnya T.S. Raffles mengambil alih beberapa wilayah strategis
hingga sampai Malaka dan Singapura. Untuk melicinkan kepentingan politiknya,
T.S. Raffles juga menghilangkan bukti sejarah lainnya dengan menghancurkan
Istana Surosowan Banten.
Kemudian
pada tahun 1816, T.S. Raffles menyerahkan pendudukan (Annexation) administratif
kolonial di wilayah Sunda Nusantara kepada Kerajaan Belanda (sahabat kerajaan
Inggris) di Semarang, dan Herman William Daendels diangkat menjadi Gubernur
Jenderal Hindia Belanda. T.S. Raffles berhasil membebaskan H.W. Daendels dan
membuat perjanjian yang intinya mengangkat Daendels sebagai Gubernur Jenderal
Hindia Belanda dengan syarat mengikuti seluruh skenario rekayasa dan membungkam
siapa saja yang mengetahui sejarah ini selanjutnya. Maka dimulailah kekejaman
penjajahan Belanda sebagai kepanjangan Kerajaan Inggris.
Peristiwa
ini menjadi awal pemalsuan sejarah Sunda Nusantara selama +/- 200 tahun. Sejak
saat itu, ribuan ton emas dijarah, yang digunakan untuk modernisasi England
& pembangunan persemakmuran negara jajahannya (Kanada, Australia,
Singapura, Hongkong, Afrika Selatan dst). Keluarga kerajaan-kerajaan di
Nusantara dibantai dan dirampok. Arsip (bukti-bukti) pemerintahan dimusnahkan
dan diambil untuk dihilangkan. Sebagian besar arsip yang menuliskan sejarah
bumi dan pemerintahan masih disimpan di Mahkamah Internasional di Den Haag dan
Universitas Leiden, Amsterdam. Inilah sebabnya Mahkamah Internasional berada di
Belanda, karena sejarah aset dunia tersimpan disana beserta literatur
pendukungnya.
Hilangnya
kepempinan nasional Sunda Nusantara, menyebabkan kerajaan-kerajaan dibawah
konfederasi Kemaharajaan Sunda Nusantara menjadi terpecah belah. Sejak saat
itu, banyak terjadi perlawanan kepada pemeritah kolonial Hindia Belanda,
ditandai dengan meletusnya Perang Pattimura (Maluku, 1817), Perang Paderi
(Sumatera Barat, 1821-1837), Perang Diponegoro (Jawa Tengah, 1825-1830), dll.
Namun perlawanan dari kerajaan-kerajaan ini dapat dipatahkan oleh Belanda,
karena tidak ada persatuan lagi.
Para
raja-raja yang soleh dan mau bekerjasama dengan Belanda, diperdaya dengan
menyimpan harta emas mereka di Bank Zurich, Jerman, dimana harta Kesultanan
Nusantara (Cirebon, G.Pakuan, Banten, Deli, Riau, Kutai, Makasar, Bone, Goa,
Luwuk, Ternate, dll,) dalam nilai ratusan trilyun Dollar Amerika (dalam bentuk
emas, logam mulia, berlian, dsb) di simpan di Bank Zurich, Jerman. Kemudian
karena kekalahan Jerman pada PD I (1911-1914), maka harta tersebut diambil
paksa oleh pemenang, Pihak Sekutu, yang selama perang banyak dibiayai oleh
organisasi Yahudi. Inilah sebabnya kenapa Jerman benci Yahudi. Kemudian
harta-harta tsb. dipercayakan untuk disimpan di negeri Belanda. Namun ketika
Belanda kembali terjajah oleh Jerman pada Perang Dunia ke II, maka harta tsb.
menjadi tercerai berai, dan sebagian digunakan oleh NAZI untuk membiayai perang
mereka. Kekalahan Jerman di perang dunia ke II menyebabkan aset tersebut
kemudian dibagi kepada negara Sekutu (dalam hal ini Amerika, Inggris, Prancis,
Rusia, Belanda).
Pada
tahun 1934, Sultan Paku Buwono X memberikan bantuan jaminan keuangan
(kolateral) kepada Liga Bangsa Bangsa (LBB) di Amerika Serikat, dengan tujuan
membantu kebangkrutan ekonomi dunia. Liga Bangsa Bangsa (LBB) adalah cikal
bakal dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Tercatat emas yg diberikan 57.169
ton emas 24 karat, yg kemudian diAKUI oleh pihak AS dalam perjanjian “The Green
Hilton Agreement” & disaksikan Sri Paus (Vatikan).
Paska
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus 1945), para Sultan/ Raja
(konfederasi) dibawah Kemaharajaan Sunda Nusantara mendukung pemerintah
Republik Indonesia dibawah kepemimpinan presiden pertama Ir. Soekarno, dengan
syarat beliau juga bersedia memulihkan Kekaisaran Sunda Nusantara (maksudnya
tetap mengakui keberadaan para Sultan/Raja di wilayah Sunda Nusantara,
sebagaimana halnya di Malaysia atau Inggris). Presiden Soekarno setuju syarat
tsb., dan oleh karena itu beliau juga diberi tahu mengenai aset bangsanya yang
dipergunakan oleh bangsa lain dan digelapkan. Beliau juga diamanahkan oleh para
Sultan/Raja Sunda Nusantara untuk berusaha mengembalikan aset bangsa tsb.
Atas
hal tersebut maka Ir. Soekarno mengirim surat rahasia ke PBB, dan menyampaikan
gugatan kepada negara Sekutu untuk mengembalikan aset bangsa tsb. dalam rangka
pembangunan kembali bangsa Sunda Nusantara. Ingat uang kita sebelum Rupiah
menggunakan nama SEN (SN=Sunda Nusantara). Labrakan Ir. Soekarno kepada
berbagai ketidakadilan dan imperialisme dunia, karena beliau menyadari bahwa
“Indonesia” adalah “SUPER POWER” sesungguhnya dan pemegang amanah dunia.
Gugatan
Ir. Soekarno baru disambut baik, ketika Amerika Serikat dipimpin oleh presiden
John F. Kennedy, dengan harapan AS mendapat dukungan Ir. Soekarno dalam
perlawanan menghambat komunisme. Pada tahap awal disetujui pengembalian aset
bangsa Sunda Nusantara pada tahun 1963, dengan ditandatanganinya perjanjian
“Green Hilton Agreement”, yaitu pengembalian 57.147 ton emas kepada rakyat
Republik Indonesia (pemilik sah) melalui pemerintahan Republik Indonesia sebagi
pengemban amanah Kekaisaran Sunda Nusantara (Imperium of Zhunda Nuswantara),
dengan disaksikan Sri Paus, yang banyak mengetahui sejarah aset dunia.
Sayangnya rencana ini tidak berjalan baik, karena terjadi pembunuhan terhadap
presiden John F. Kennedy, pada tahun 1964. Diduga pembunuhan ini dilakukan oleh
organisasi rahasia Yahudi, yang menguasai ekonomi dan menyetir arah politik
negeri AS hingga saat ini (Presiden John F. Kennedy tidak mau bekerjasama
dengan organisasi ini).
Paska
pembunuhan presiden John F. Kennedy, di bumi Nusantara juga terjadi gerakan
penggulingan presiden Soekarno pada tahun 1965, yang diduga didalangi oleh CIA
(dibawah kendali organisasi rahasia Yahudi). Kekayaan aset Nusantara masih
banyak tersimpan di 93 account di bank-bank utama didunia (ciri negaranya
berbendera merah dan putih menandakan sumber asetnya).
Organisasi
rahasia Yahudi ini diduga hingga saat ini masih menjalankan misinya dalam
rangka membentuk tatanan dunia baru di bawah kepemimpinan Yahudi, dengan
menguasai sektor keuangan dunia (IMF), bisnis persenjataan, bisnis media dan
sistem informasi, serta bisnis strategis lainnya. Pemalsuan sejarah
bangsa-bangsa di dunia, termasuk bangsa Sunda Nusantara juga didalangi oleh
organisasi tersebut. Oleh karena itulah 90% bangsa kita tidak percaya akan
cerita sejarah kebesaran bangsanya karena distorsi informasi ini, dan sebagian
lagi tidak mau tahu karena lebih mengejar materi.
Marilah
kita simak Doktrin Zionisme (Protocol VI) yang menyatakan:
“Kehancuran kekuasaan akan terjadi setelah orang-orang berilmu (aristocrat) kaum ‘the goyim’ jatuh statusnya menjadi kaum proletar bersamaan dengan kredit negara-negara yang semakin meningkat, karena ketergantungan mereka yang sangat besar kepada kegiatan monopoli berskala besar, yang kita bangun, yang menjadi sumber penghasilan mereka. Di satu sisi, promosi Pemerintahan Super sebagai pelindung dan pemberi kesejahteraan kepada mereka, kita terus tingkatkan.
“Kehancuran kekuasaan akan terjadi setelah orang-orang berilmu (aristocrat) kaum ‘the goyim’ jatuh statusnya menjadi kaum proletar bersamaan dengan kredit negara-negara yang semakin meningkat, karena ketergantungan mereka yang sangat besar kepada kegiatan monopoli berskala besar, yang kita bangun, yang menjadi sumber penghasilan mereka. Di satu sisi, promosi Pemerintahan Super sebagai pelindung dan pemberi kesejahteraan kepada mereka, kita terus tingkatkan.
Kelompok
aristocrat non Yahudi masih tetap berbahaya bagi kita, karena mereka masih
berstatus memiliki tanah-tanah pertanian yang bisa memenuhi kebutuhan mereka.
Berbagai cara kita kembangkan agar tanah-tanah itu jatuh ke tangan kita dan
kita kuasai, yaitu dengan cara:
1. Menaikkan beban tanah tersebut dengan cara menaikkan hutang mereka, dengan jaminan tanah-tanah mereka yang menyebabkan kepemilikan tanah terikat kepada kita dan pemiliknya akan tunduk tanpa syarat;
2. Kita bikin sulit kehidupan orang-orang berilmu (aristocrat) kaum non Yahudi yang akhirnya mereka akan musnah, karena kaum aristocrat mereka terbiasa dengan kehidupan yang mudah dan mewah;
3. Aktivitas spekulasi kita naikkan untuk mengembangkan kegiatan industri dan perdagangan, sehingga kegiatan industri akan semakin menguat;
4. Dengan kegiatan industri yang menguat, kita sedot sumberdaya manusia dan modal (finansial) dari tanah-tanah pertanian tersebut dan akhirnya, ke dua sumberdaya tadi akan berpindah tangan ke kita berupa akumulasi harta kekayaan, sehingga kaum aristocrat non yahudi akan jatuh statusnya menjadi kaum proletar;
5. Gaya hidup mewah kita perkenalkan kepada kaum aristocrat non Yahudi, yaitu dengan kita naikkan taraf pendapatan mereka, tetapi mereka harus membeli kebutuhan pokok dengan harga yang tinggi, karena berkurangnya hasil-hasil pertanian dan peternakan;
6. Kita ajarkan faham anarkis dan mabuk-mabukan kepada kaum buruh non Yahudi sebagai kaum terpelajarnya mereka yang akan mengurangi kegiatan industri dan menyempitnya lapangan pekerjaan.
1. Menaikkan beban tanah tersebut dengan cara menaikkan hutang mereka, dengan jaminan tanah-tanah mereka yang menyebabkan kepemilikan tanah terikat kepada kita dan pemiliknya akan tunduk tanpa syarat;
2. Kita bikin sulit kehidupan orang-orang berilmu (aristocrat) kaum non Yahudi yang akhirnya mereka akan musnah, karena kaum aristocrat mereka terbiasa dengan kehidupan yang mudah dan mewah;
3. Aktivitas spekulasi kita naikkan untuk mengembangkan kegiatan industri dan perdagangan, sehingga kegiatan industri akan semakin menguat;
4. Dengan kegiatan industri yang menguat, kita sedot sumberdaya manusia dan modal (finansial) dari tanah-tanah pertanian tersebut dan akhirnya, ke dua sumberdaya tadi akan berpindah tangan ke kita berupa akumulasi harta kekayaan, sehingga kaum aristocrat non yahudi akan jatuh statusnya menjadi kaum proletar;
5. Gaya hidup mewah kita perkenalkan kepada kaum aristocrat non Yahudi, yaitu dengan kita naikkan taraf pendapatan mereka, tetapi mereka harus membeli kebutuhan pokok dengan harga yang tinggi, karena berkurangnya hasil-hasil pertanian dan peternakan;
6. Kita ajarkan faham anarkis dan mabuk-mabukan kepada kaum buruh non Yahudi sebagai kaum terpelajarnya mereka yang akan mengurangi kegiatan industri dan menyempitnya lapangan pekerjaan.
Akhirnya,
kaum aristocrat non Yahudi akan tunduk kepada kita hanya agar eksistensi mereka
tetap dihargai dan mereka tidak menyadari bahwa kita tetap akan memusnahkan
mereka. Kita samarkan proses keseluruhan ini dengan istilah meningkatkan
produktivitas buruh melalui teori-teori politik ekonomi yang para ahli ekonomi
kita ajarkan terhadap kegiatan-kegiatan tersebut.”
Pada
era pemerintahan Ir. Soekarno, beliau begitu lantang mengumandangkan politik
“BERDIKARI” atau Berdiri Dengan Kaki Sendiri, bahwa bangsa Sunda Nusantara
harus dapat mandiri, jangan tergantung kepada negara lain. Pada bulan Agustus
1965, beliau mengatakan “go to hell with your aid” sebagai kata
talak/perceraian dengan IMF serta Bank Dunia dan memutuskan membangun Nusantara
secara mandiri. Sayangnya politik ”BERDIKARI ini tidak berlangsung lama, karena
pada bulan September 1965 terjadi kudeta berdarah terhadap presiden Soekarno
(kudeta ini diduga melibatkan CIA). Selanjutnya dimulailah rezim orde baru
dibawah kepemimpinan Soeharto, yang kebijakan politiknya dekat dengan
kepentingan Amerika Serikat.
Bagaimana
dengan kondisi negeri kita saat ini?? Sudahkah bangsa kita hidup dan
berkehidupan seperti yang tercantum dalam doktrin Zionisme di atas…??? Bila
kita tidak segera menyadarinya, maka bangsa kita akan menjadi jongosnya
bangsa-bangsa adi kuasa dan akan menjadi kepanjangan tangan dari negara-negara
adi kuasa/kaya (istilahnya negara donor)
LINK Terkait (Referensi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar