Kamis, 10 Desember 2015

Manfaat SUSU fermentasi (KEFIR) bagi manusia,

Susu dan manusia 

Ketika saya membaca pendapat Prof Dr Hiromi Shinya, dalam bukunya : The Miracle of Enzyme (Keajaiban Enzim) yang sudah terbit dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama. Katanya, susu sapi adalah makanan/minuman paling buruk untuk manusia. Manusia seharusnya hanya minum susu manusia. Sebagaimana anak sapi yang juga hanya minum susu sapi.

Tanpa berargumentasi ilmiah, saya langsung mengatakan bahwa pasti Hiromi ini keliru, atau mengambil kesimpulan dari fakta yang diambil dan atau dianalisis secara keliru.

Kenapa saya langsung menolak pendapatnya ?
Karena dua ayat dalam Al Qur'an (An Nahl 66 dan Al Mu'minum 21) jelas menyebut bahwa susu dari binatang ternak itu baik bagi manusia.

Turunannya, beberapa kisah mengenai Nabi minum susu, dan memilih susu pada perjalanan Isra Mi'raj dan pada kesempatan lain, menguatkan bahwa susu itu baik.

Jadi, penolakan saya atas arguman Hiromi sangat "enteng", yaitu tidak sesuai dengan keimanan sebagai Muslim.

Kuncinya : "Maha Benar Allah dengan segala sabdaNya... !".

Kalau ada yang berpendapat lain, tentunya karena ada hal-hal yang tidak sesuai dengan tata cara dan metoda penggunaannya.

Misalnya saja, kalau saya mengatakan bahwa makan jagung itu bisa membuat orang mati.
Tentu, bila kita makan jagung seperti ayam, dalam keadaan kering langsung ditelan....
Tidak ada di alam ini mahluk yang menumbuk lalu menanak dulu jagungnya sebelum dimakan selain manusia..

Manusia memang diberi keistimewaan cara mengolah makanan, yang tidak dimiliki mahluk lain...

Jadi kalau susu buruk untuk manusia, ya seperti jagung itu....
Pasti karena salah mengolahnya........

Hiromi ini saya nilai : Buruk muka cermin dipecah.....

Sejauh yang dinilai oleh Hiromi itu susu murni untuk orang dewasa, susu pasteurisasi/UHT yang zat-zat pentingnya sudah hancur, atau bahkan susu aking (orang yang merasa beradab menyebutnya 'susu bubuk'), maka kesimpulannya benar. Tapi jelas, bahwa Hiromi tidak paham bagaimana menyajikan susu secara benar.

Tentu saja, Mr. Pasteur yang dapat hadiah Nobel atas jasanya memperkenalkan metoda perusakan susu dengan nama "Pasteurisasi", turut "berjasa", atas rusaknya pencernaan jutaan manusia peminum susu dengan metoda yang keliru ini. Tapi metoda perusakan susu sebagai akibat penghancuran bakteri jahat melalui Pasteurisasi, sampai saat ini masih menjadi acuan di seluruh dunia.
Susu Pasteurisasi/UHT, hanya sedikit lebih baik dari susu aking. Tapi semuanya buruk.
Untuk kesimpulan sebatas ini, saya setuju dengan Hiromi.

Jangankan manusia. Sapi saja, kalau makanan pertamanya yaitu kolostrum dari induknya, dan selanjutnya susu dari induknya dipasteurisasi dulu, baru diberikan pada bayi sapi, maka saya yakin, sapi itu akan segera mati setelah "minum" kolostrum pasteurisasi dan susu pasteurisasi....

Pasteurisasi adalah kebodohan yang  dipelihara selama seabad lebih.......!!!
Metoda UHT, adalah kelanjutan dari kebodohan yang sama, tapi dengan teknologi yang lebih canggih..

Kebodohan yang ajaib, dimana para dokter, ahli gizi dan pejabat pemerintah berlutut pada metoda ini !!

Jadi yang lebih benar adalah minumlah SUSU SEGAR, susu yang tidak dipasteurisasi, apalagi yang di-UHT.
Bagaimana dengan bakteri patogen ?
Islam dengan sangat tegas menjelaskan bahwa kebersihan, merupakan hal yang sangat penting...
Tidak ada umat Islam yang berani shalat atau mendekati masjid dalam keadaan tidak bersih (suci)..

Ini yang harus jadi patokan utama.
Kalau ini dijadikan budaya, maka tidak ada urusan lagi dengan pasteurisasi..
Anak-anak di peternakan sapi di manapun, terbiasa minum susu sapi mentah.
Si Aki juga, sering minum susu segar tanpa masalah sama sekali....

Metoda atau "teknologi" pengolahan susu ternyata sudah disiapkan oleh Tuhan sejak ribuan tahun yl.
Bahkan penggiat Kefir di seantero jagad, mengakui bahwa Kefir Grains yang digunakan untuk memfermentasi susu, diberikan oleh Nabi saw kepada masyarakat Kaukasus lebih empat belas abad yl....

Dengan diolah menjadi Kefir, kualitas susu, baik gizi dan segala macam komponennya meningkat tajam, dan menjadi makanan yang benar-benar sangat sesuai untuk manusia...
Menjadi sangat berbeda dengan sekedar susu. 
Menjadi jauh lebih berkhasiat untuk menjaga kesehatan manusia....
Bahkan susu aking yang difermentasi dengan Kefir Grains, khasiatnya masih lebih baik dari susu segar...

Jadi, inilah hal yang PALING BENAR dalam mengolah susu untuk menjadi bahan makanan yang PALING MENYEHATKAN : jadikan Kefir terlebih dahulu...
Tapi minum susu dalam keadaan segar juga tidak salah, tapi sesuaikan dengan kemampuan tubuh. 
Kita bisa saja makan beras, misalnya, tapi sangat terbatas....

Susu segar dan Kefir memang beda.
Sama bedanya antara manusia makan biji gandum atau roti, makan beras atau makan nasi.......
Jadi, jangan lagi berargumentasi dengan "alami" atau "tidak alami".
Manusia memang diciptakan beda, sangat beda dengan mahluk lain...

Ini harus diterima sebagai suatu keistimewaan dan Rahmat dari Tuhan, bukan penyimpangan...
Bila kita meneliti kandungan susu, maka yang ditonjolkan hanyalah tiga komponen "utama"nya, yaitu hidrat arang, lemak dan protein. Dalam penentuan harga susu dimanapun juga, tiga komponen itulah yang dijadikan indikator. Kalaupun ada yang menyajikan informasi kandungan susu yang lebih teliti, maka yang disampaikan adalah kandungan mineral dan vitamin tertentu.

Padahal, kunci dari manfaat susu yang sesungguhnya justru terletak pada komponen yang praktis tidak pernah dituliskan dalam keterangan mengenai susu, yaitu keberadaan enzim.
Dalam hal ini saya setuju terhadap pendapat Dr. Hiromi Shinya yang dalam buku versi Indonesianya menyatakan sebagai berikut :

Susu sapi mengandung lemak teroksidasi kemudian dipasteurisasi dalam suhu tinggi di atas 100 derajat celcius. Enzim sangatlah sensitif terhadap panas, dan mulai hancur pada suhu 93,3 derajat celcius. Dengan kata lain,  susu sapi yang dijual di toko bukan saja tidak mengandung enzim-enzim yang berharga, lemaknya juga telah teroksidasi dan kualitas proteinnya berubah akibat suhu yang tinggi. Dapat dikatakan,  susu sapi adalah jenis makanan yang terburuk.
Malah, saya pernah mendengar bahwa jika anda memberikan susu sapi yang dijual di toko kepada anak sapi dan bukan susu sapi yang datang langsung dari induk sapi, anak sapi itu akan mati dalam empat atau lima hari. Hidup tidak dapat ditopang dengan makanan yang tidak mengandung enzim. (The Miracle of Enzym, p.98-99, 101)

Sayangnya, Hiromi tidak mengenal apa kata Tuhan tentang susu dalam Al Qur'an. Kalau saja dia seorang Muslim, tentu firman Tuhan dalam Al Qur'an itu akan menuntunnya ke arah penelitian yang lebih baik dan kesimpulan yang lebih tajam. Padahal fakta dan premis yang disusunnya sudah benar, tapi akhirnya kesimpulannya (dan tentunya antisipasinya) jadi melenceng jauh.

Saya akan mencoba untuk merangkum mengenai susu ini, yang diperoleh dari berbagai literatur serta sekaligus menarik kesimpulannya:
  1. Susu baik untuk manusia (Al Qur'an). Tidak ada makanan lain yang bisa menggantikan berbagai makanan lain kecuali susu (Al Hadits). 
  2. Sampai saat ini diakui bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan untuk manusia adalah yang terbaik. Juga kolostrum sapi dan air susu sapi untuk bayi sapi merupakan hal tidak tergantikan.
  3. Minum susu segar secara teratur dari fasa anak2 (lewat 6 bulan) sampai usia lanjut tidak ada masalah. Lactose intolerance terjadi bila manusia lama tidak minum susu, sehingga produksi laktasenya terhenti sama sekali, dan minum susu dalam jumlah terlalu banyak.
  4. Proses pasteurisasi (dan UHT), merupakan tindakan perusakan terhadap kualitas susu secara menyeluruh. Bukan hanya enzimnya yang rusak total, proteinnyapun juga rusak, begitupun vitaminnya. Pasteurisasi dan UHT adalah bagai membakar rumah untuk mengusir tikus. Ini suatu tindakan darurat, dimana kita tidak mampu menanggulangi wabah bakteri patogen. Tindakan darurat bukan untuk dilestarikan.
  5. Mendewakan pasteurisasi dan pengolahan secara UHT, menyebabkan teknologi pengawetan susu dengan menjaga sanitasi proses produksi susu dan upaya menjaga keutuhan kandungannya tidak berkembang, dan berakibat rusaknya kesehatan manusia yang mengonsumsi susu rusak tersebut.
  6. Tidak semua mikroba pada susu merupakan mikroba berbahaya. Susu Kuda Liar, dipasarkan dengan rasa asam dan disebut berkhasiat adalah dengan membiarkan bakteri yang ada berkembang biak sendiri, dan nyatanya bakteri yang "baik" (walau masih banyak tanda tanya), yang unggul. Pembuatan 'dadih' juga tidak melewati proses pasteurisasi. 
Beberapa hal akibat praktek pasteurisasi/UHT adalah terjadinya bias mempersepsikan susu bagi kebaikan manusia, seperti :
  • Bayi di bawah 1 tahun tidak boleh diberi susu sapi, karena ususnya masih lemah.
    Ini benar kalau yang diberikan susu pasteurisasi, karena tanpa enzim yang merupakan bagian dari proses mencerna susu, maka susu menjadi sulit dicerna. Apalagi protein dan lemaknya juga setelah dipanaskan menjadi susah dicerna karena akan segera menggumpal begitu bertemu dengan asam lambung (pH rendah). Hal yang paling nyata terlihat bila kita memanaskan kolostrum yang akan segera menggumpal, dan tidak mungkin bisa dikonsumsi oleh bayi sapi. 
  • Orang dewasa tidak cocok minum susu, karena telah kehilangan enzim laktasenya.
    Produksi enzim ini terhenti karena kebiasaan minum susu tidak berlangsung. Walaupun demikian, umumya orang dewasa (walaupun menderita lactose intolerance) bisa minum sampai segelas susu segar setelah makan, dan tidak mengalami diare. Makanan penutup berupa es krim (yang bahannya susu) juga tidak menimbulkan masalah.
  • Ada pendapat bahwa bakteri itu sumber penyakit, sehingga harus dibasmi.
    Padahal bisa terjadi bakteri baik lebih banyak dari bakteri jahatnya, sehingga tanpa penanganan apapun, susu bisa bertahan sebagai minuman yang menyehatkan cukup lama.

Peran Kefir dalam proses pengelolaan susu.

  1. Kefir mengawetkan susu, sehingga bisa bertahan minimal 2 x 24 jam pada suhu kamar. Bila diinginkan tingkat keasaman yang rendah, pembubuhan 2% Kefir Grains atau 5% Starter (Kefir Prima), akan menghasilkan Kefir lunak dalam 48 jam, tanpa susunya pecah.
  2. Fermentasi dengan Kefir (grains/starter) akan meningkatkan kualitas susu, dengan meningkatkan keberadaan enzim, mensintesa vitamin, memecah hidrat arang/laktosa, protein dan lemak sehingga lebih mudah dicerna.
  3. Kandungan bakteri pada susu (SNI) dibatasi sampai 3 juta/ml, dan tidak semuanya buruk. Kefir Prima/starter dalam 1 ml mengandung lebih dari 1 milyar bakteri baik. 1% saja Kefir Prima dibubuhkan ke susu segar, maka jumlah bakteri baiknya sudah lebih dari 10 juta/ml. Ini sudah cukup untuk menanggulangi bakteri patogen, tapi tidak membuat rasa susu menjadi terlalu asam.
Saya pernah memberikan Kefir kepada bayi usia 2 bulan yang diare, sementara ibunya juga tidak bisa mengeluarkan ASI. Bayinya sembuh. Ibunya juga minum Kefir yang sama, dan menjadi lebih sehat.
Tentang manusia dan susu dari binatang ternak, saya rangkum kembali:
  1. Susu dari binatang ternak baik untuk manusia, sejauh cara mengonsumsinya benar, yaitu susu dikonsumsi dalam keadaan segar atau dijadikan Kefir terlebih dahulu. 
  2. Susu pasteurisasi/UHT dan susu aking lebih tepat disebut sebagai "susu rusak". Ini memang makanan yang buruk, baik bagi manusia, dan bahkan  untuk bayi sapi juga buruk.
  3. Dengan dijadikan Kefir, kualitas susu meningkat. Bahkan susu rusak (pasteurisasi/UHT dan susu aking) juga bisa direvitalisasi kembali dengan cara fermentasi oleh Kefir Grains.
  4. Kolostrum, sebagai makanan pertama mahluk menyusui, merupakan pangan super (super-food) yang tiada bandingannya dengan pangan apapun juga. Proses pemanasan akan menghancurkan kandungan penting dalam kolostrum (terutama hormon/enzim), sehingga yang tersisa hanyalah nutrisi/gizi yang kualitasnya rendah. Kefir kolostrum yang dibuat dengan benar, bukan sekedar superfood, tapi juga berkhasiat pengobatan untuk banyak masalah gangguan kesehatan, yang jauh lebih unggul dari umumnya obat-obatan "modern".
Penyakit yang diduga potensial terjadi akibat konsumsi susu (baik ASI maupun susu dari binatang ternak) yang tidak benar meliputi  gangguan metabolisme (autis, hiperaktif, hiperkolesterol dsb), gangguan faktor imun (lupus, DBS dsb), penyakit degeneratif (DM, penuaan dini), daya tahan tubuh yang ringkih (penyakit akibat virus seperti hepatitis) serta beberapa lainnya.

Sungguh mengherankan bahwa kesalahan dalam manajemen susu ini dibiarkan selama lebih dari seratus tahun, dan sampai detik ini, upaya memperbaikinya belum terlihat. Bahkan Hiromi Shinya  malah menarik kesimpulan yang melenceng (susu sapi hanya untuk bayi sapi), dan tidak merancang penyelesaian masalah.

Apabila seorang bayi lahir secara normal dari ibu yang sehat, dalam dua hari pertama akan memperoleh kolostrum dari ibunya, beberapa hari berikutnya susu transisi dan selanjutnya susu normal (mature). Ini berlangsung selama kurang lebih 6 bulan secara eksklusif (hanya susu saja tanpa makanan tambahan). Ibu masih memberikan ASI sampai bayi berusia 2 tahun, dan selanjutnya makanan dewasa, termasuk juga susu dari binatang ternak. Untuk bayi, susu kambing lebih bagus dari susu sapi. Ditekankan bahwa yang harus diberikan adalah SUSU SEGAR, bukan susu rusak karena proses pasteurisasi/UHT atau diakingkan. 

Bila susu dijadikan Kefir terlebih dahulu, maka yang terjadi pada susu itu adalah :
  • Aman dari cemaran bakteri patogen, beneficial microflora pada Kefir akan membentuk keseimbangan flora yang aman bagi manusia di segala usia. Fermentasi dengan Kefir menggantikan pasteurisasi/UHT tanpa merusak komponen susu lainnya  (terutama enzim/hormon).
  • Umur simpan Kefir lebih panjang daripada susu. Dengan kata lain, "Kefirisasi" adalah salah satu metoda untuk mengawetkan susu.
  • Kualitas susu meningkat, karena akan merevitalisasi enzim/hormon (ini yang terpenting), terjadi sintesa membentuk vitamin tertentu, dan mengurai protein dan lemak yang sulit dicerna.
Untuk kolostrum, anti mikroba yang terdapat pada kolostrum segar sudah cukup meniadakan kekhawatiran akan cemaran bakteri atau virus patogen. Tapi kolostrum ini juga cepat rusak. Sementara pasteurisasi atau perlakuan UHT untuk kolostrum sama sekali tidak dimungkinkan, karena penggumpalannya akan sangat kelihatan, dan kolostrum akan segera kehilangan kekuatannya. Tapi kolostrum ini juga umur simpannya pendek. Dengan dijadikan Kefir Kolostrum, umur simpannya menjadi berlipat ganda, bisa sampai 3 bulan di lemari pendingin, apalagi bila dibekukan.

Untuk bayi dan ibu yang bermasalah dengan produksi ASI, penggunaan kolostrum dari ternak berikut susunya sejak awal kehidupan bayi mutlak diperlukan. Bayi yang lahir prematur, misalnya, jelas dari awal membutuhkan kolostrum dan susu dari ternak. Pemberian kolostrum dan susu kambing merupakan pilihan utama. Tentu semuanya harus segar atau di"aman"kan dengan proses Kefirisasi.

Jadi apa yang harus dilakukan bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang sehat ?
Ringkasnya adalah :
  1. Menyadarkan masyarakat bahwa susu pasteurisasi/UHT dan susu aking adalah makanan yang buruk, bukan hanya untuk manusia, untuk sapi dan kambingpun juga buruk.
  2. Peningkatan produksi susu dari ternak (sapi/kambing) dengan sistem sanitasi yang baik, sistem pemasaran yang adil dan sistem distribusi susu segar menggunakan teknologi dingin/pembekuan atau pembubuhan Kefir.
  3. Melakukan penelitian untuk mendapatkan dosis pembubuhan Kefir yang tepat sebagai pengganti proses pasteurisasi/UHT, serta untuk sekaligus sosialisasi penggunaan dan penyebaran Kefir ke seluruh wilayah, serta merevitalisasi susu yang sudah terlanjur rusak karena proses pasteurisasi/UHT atau pengeringan/pengakingan.
Sementara ini, pemerintah (didukung oleh para dokter dan "ahli" kesehatan) masih bersandar pada pasteurisasi/UHT atau "susu formula". Banyak yang menyetujui pendapat Hiromi Shinya, tapi tidak merumuskan solusinya.

Solusi utama ada pada Kefir.

Andalan Perjalanan hidup manusia normal dalam hal makan, adalah mulai dengan kolostrum pada dua hari pertama, selanjutnya susu transisi dan kemudian susu matur secara eksklusif selama 6 bulan berikutnya

Tapi apa yang terjadi bila makanan awal ini tidak diperoleh karena berbagai sebab.
Walaupun bayi manusia sudah memiliki imunitas awal, sehingga tanpa kolostrumpun masih bisa bertahan hidup normal, walaupun tentunya tidak dalam kondisi prima.

Inilah tip praktisnya:

Pengganti kolostrum manusia yang terbaik adalah kolostrum kambing. Tapi ini umumnya juga sulit diperoleh. Pilihan berikutnya adalah Kefir kolostrum sapi. 
Pilihan selanjutnya adalah susu kambing 200 cc dicampur dengan 2 butir kuning telur ayam kampung.

Pilihan untuk pengganti kolostrum dengan kualitas paling rendah, tapi masih cukup bagus adalah :
- 120 cc susu sapi kemasan, atau susu aking full cream yang telah dilarutkan.
- 1 kuning telur ayam.
- 2 sdm Kefir Prima.

Sedangkan untuk pengganti ASI (Susu Formula) yang paling baik adalah :
- 150 cc Susu Kambing (segar atau yang telah dibekukan).
- 2 sdm madu anak.
- 1 sdm Kefir Prima.

Sedangkan pengganti ASI yang paling rendah, tapi masih cukup bagus :
- 200 cc Susu Sapi Kemasan, atau Susu Aking fullcream yang telah diseduh.
- 2 sdm pisang matang yang telah dihaluskan.
- 3 sdm Kefir Prima.

Tidak perlu lagi susu aking formula dengan bahan2 yang praktis sudah mati itu.....

Sementara itu, orang dewasa juga masih sering membutuhkan kolostrum. Pada saat kolostrum tidak bisa diperoleh, pengganti kolostrum berupa kuning telur (mentah) bisa digunakan. Lebih baik bila dibuat "Kefir Kolostrum darurat", dengan mencampurkan 3 butir kuning telur dengan 100 cc Kefir Prima, diaduk dan disimpan 24 jam sebelum dikonsumsi.

Untuk susu matur, untuk sekedar mengamankan dari bakteri patogen, 1 liter Susu Murni ditambah dengan 50 cc Kefir Prima, sudah langsung bisa dikonsumsi. 
Bila diperlukan untuk mengatasi lactose intolerance, susu murni 1 liter, ditambah dengan Kefir Prima 150 cc, dan disimpan dulu di suhu kamar selama 24 jam.

Tapi kalau orang dewasa ingin memperoleh benefit optimal dari susu, jadikan susu itu menjadi Kefir yang sempurna.

Mudah-mudahan bermanfaat.

Salam sehat bersama Kefir.untuk mulai menyadarkan bangsa ini untuk hidup lebih sehat ada pada warga Komunitas Kefir Indonesia !!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar