Rabu, 15 Maret 2017

tanpa

Maret 2017.

Memandang ransel yang berisi dua pasang pakaian, membuat hati nelangsa.

Bagaimana mungkin semua itu bisa terjadi.
Segalanya telah habis-habis dan habis.... walau masih tersisa sawah di kampung.
Tapi itulah kenyataan yang harus di hadapi.
Tidur ala kadarnya, menumpang di gubuk orang yang baru di kenal nya di desa Ciminyak. Lebak Banten.
Inilah Indonesia, penduduk yang akan menyambut ramah siapa saja untuk bermalam di rumah sangat amat sederhana.

Teh hangat dan peganan kecil tak putus nya di sajikan, kehangatan keluarga sangat terasa.
melupakan sejenak apa yang sesungguhnya terjadi di dalam hidup ini.
Memandang ransel yang tergeletak di sudut ruangan membuat hati ini nelangsa.
Harta yang di miliki hanya satu ransel itu saja.
Tersenyum pahit di dalam hati.

Badan yang lelah tak membiarkan berpikir untuk menyesali keadaan, badan dan hati terlalu lelah untuk berpikir.
Tertidur pulas di lantai beralaskan tikar apa adanya di gubuk sederhana di kampung asing.

Bukan hal mudah untuk dapat menerima kenyataan seperti ini.

Rumah dan segala isinya telah hilang musnah.

Berkelana seorang diri tanpa arah tujuan pasti, menjadi seorang gelandangan?

Hati tersenyum kecut.

Pasrahkan hidup ini kepada Sang Pencipta, membuat nafas masih menemani tubuh ini.

Undangan dari para ibu untuk mampir dan menginap di  rumah nya banyak di tawarkan, padahal mereka baru saja berkenalan dalam perjalanan di angkot.

Naif, betapa polos nya orang desa.
Perasaan curiga seakan tak dimiliki mereka, keramahan orang desa yang tak terbayangkan sebelumnya.

Bila hanya untuk sekedar pengisi perut, tak perlu di ragukan.
Mereka akan menyuguhi tamu dengan hati iklas, walau ala kadarnya.
Nasi, ikan asin dengan lalapan yang di petik dari seputar halaman rumah mereka.

Keramah-tamahan dan perilaku berbudi pekerti dapat menjadi mata uang yang berlaku di mana saja, ditambah dengan kejujuran yang menumbuhkan rasa keberanian untuk betualang karena terpaksa oleh keadaan yang harus di hadapi.

Menjadi gelandangan tak perlu menjadi pengemis.

Menerima kenyataan hidup, menjalankannya dan menikmati nya merupakan anugrah luar biasa yang di berikan yang Maha Kuasa kepada manusia.

Hati yang terbebas dari segala harta benda duniawi adalah pembelajaran mahal yang sedang dilakoni.

Tetap sadar diri menghadapi semua kenyataan ini, perasaan  nelangsa sering menghadang.

Sukacita menyadari semua keadaan ini adalah bangga hati bahwa hidup tak terikat oleh harta benda duniawi.

Berani hidup telah terbukti.

tanpa rumah
tanpa penghasilan
tanpa keluarga
tanpa... dan tanpa... dan tanpa.....

menginap di hotel berbintang, dengan "breakfast" mewah segala ada.
menginap di hotel melati dengan sarapan pagi nasi gorenga atau bubur
menginap di kontrakan, dengan sarapan nasi uduk di sebrang jalan
menginap di gubuk kampung dengan tumis genjer yang  baru di petik di sawah yang bau di panen
menginap di mana lagi???? entah lah...
membiarkan kaki ini melangkah membawa kehidupan ini agar berarti.........

menjalani hidup di alam nyata.

Sampurasun............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar