Sabtu, 22 April 2017

ERA MAYA

Memasuki era maya awal milenium ke tiga, tatanan hidup manusia sudah berubah.
Kultur budaya asal nyaris musnah oleh gaya hidup global.
Gaya hidup global secara langsung menjadikan manusia hanya sebagai "budak ekonomi" menjadi konsumen produk global.

Nilai luhur martabat dan harkat manusia telah hilang oleh nilai  "angka mata uang", manusia tak memiliki waktu lagi untuk merenung.
Merenung adalah salah satu cara manusia untuk dapat mengerti hakikat nilai luhur seorang manusia di hadapan Sang Pencipta.

Era maya telah menghanyutkan manusia untuk hidup dalam dunia fatamorgana, dihibur oleh hinggar binggar keindahan fatamorgana dunia maya, memanipulasi pikiran manusia.

Merasa hebat berselancar di dunia maya yang hanya akan membuat manusia semakin bodoh.

Manusia harus menyadari bahwa manusia hidup memiliki kekuatan/kemampuan yang luar biasa tak terbatas. Kepekaan manusia terhadap lingkungan alam semesta dapat di asah.
Tapi bila manusia hanya bertekun mengurung diri  asyik berselancar di dunia maya yang menyajikan fatamorgana secara perlahan dan pasti , martabat dan hakikat nilai luhur seorang manusia akan hilang dan hancur.

Manusia adalah mahluk paling mulia ciptaan yang Maha Pencipta.

Kultur budaya asal manusia memiliki ajaran-ajaran luhur arti martabat dan hakikat manusia sejati.
Berkomunikasi dengan sesama dalam bahasa manusia dan manusia harus memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan alam semesta.

Manusia harus menyadari bahwa  di dalam diri manusia ada jiwa dan raga.
Jiwa yang lapar dan dahaga oleh nafsu dan jiwa yang dapat membantu untuk dapat mengendalikan keinginan raga.

Merenung.....
Adalah saat terbaik bagi diri manusia untuk berkomunikasi dengan jiwa.

Saat manusia memiliki komunikasi yang selaras dengan jiwa, manusia akan mencapai tingkat harmonis dengan alam semesta dan Sang Pencipta, dan  tercipta manusia yang tahu jati diri akan martabat, hakikat dan harkat sebagai seorang manusia sejati!.
Manusia sejati adalah mausia yang tahu persis tujuan hidup di dunia ini dan kehidupan selanjutnya.

Manusia yang sadar akan martabat, harkat dan hakikat kemanusiaan akan mampu berbuat lebih untuk diri sendiri, lingkungan dan alam semesta. Itulah cara manusia membayar hutang nafas kepada Sang Pencipta. Menjalankan kodrat hidupnya di bumi ini.
Apapun peran yang dianugerahkan kepada setiap insan manusia yang  hidup di muka bumi ini  akan sangat berpengaruh kepada sesama dan alam semesta.

Menjadi manusia yang bertanggung jawab penuh untuk membayar hutang nafas kepada Sang Pencipta, karena tidak ada asuransi mengalihkan tanggung jawab "hidup manusia" di hadapan sang Pencipta.

Nilai luhur dalam ajaran budaya asal menyiratkan bagaimana caranya "manusia hidup di bumi ini".

Tatanan hidup global menjauhkan manusia dari kultur budaya nya adalah menciptakan manusia "budak" yang taat patuh dan tanpa pamrih demi ambisi segelintir elite global menguasai bumi ini. Manusia serakah yang tidak memiliki rasa "perikemanusian", mengejar nafsu ambisi kekuasan, kekayaan, ketenaran dan gila hormat!, manusia yang terperangkap oleh keinginan raga.

Menggunakan pakaian kehormatan menunjukkan kekuasaan  dan kekayaan untuk memperbudak manusia lainnya, manusia yang tak sadar bahwa hidup di bumi ini hanya sebentar saja.
Menerima materi dari elite global dengan korupsi, dan menjadi pemimpin boneka.

Bila manusia sadar akan tanggung jawab nafas yang harus di bayar saat hidup di bumi ini, para pejabat negri tak akan mau  menjadi menjual darah dan keringat rakyat nya dengan korupsi demi mendapatkan materi.
Materi yang di terima pejabat korup harus dibayar oleh darah dan keringat rakyat  yang dipimpinnya.

Apa lacur banyak pemimpin negara di dunia ini terjebak oleh permainan licik para elite global, dan menjadi pemimpin boneka (pejabat  koruptor adalah pejabat yang kehilangan harkat dan martabatnya sebagai manusia) yang diwajibkan memeras darah dan keringat rakyat demi keuntungan elite global.



Korupsi pejabat negri menjual martabat dan harkat sebagai manusia untuk mendapatkan materi yang  tak ada artinya dibandingkan dengan darah dan keringat yang harus di bayar oleh rakyat negri/umat manusia menjadi "budak" taat, patuh, tanpa pamrih dan tidak sadar pula.
Umat manusia  di muka bumi terjebak dalam  cengkraman segelintir elite global yang merasa berkuasa atas umat manusia, ulah korupsi pejabat koruptor

Umat manusia di muka bumi ini bukan milik elite global, dan elite global tidak berhak memperbudak manusia di muka bumi ini.

Rakyat/umat manusia memang tak berdaya, tapi darah dan keringat yang mengucur membasahi bumi ini berteriak kepada  IBU BUMI, IBU PERTIWI, IBU LEMAH CAI yang akan memanggil RATU ADIL PALAMARTA/
RATU ADIL PLAMARTA akan  meminta alam semesta  untuk bertindak adil kepada semua umat manusia  di muka bumi ini atas derita yang disebabkan oleh kesalahan para koruptor.

Hanya tiga negara di dunia yang masih memiliki bank central negara.


Umat manusia di bumi ini nyaris tak memiliki waktu untuk merenung, waktu nya telah habis untuk membayar tagihan rekening...........dan gaya hidup????

Harmoniskan jiwa raga agar tetap menjadi manusia yang memiliki martabat dan harkat, memegang hakikat kemanusiaan dan tidak mudah tergiur oleh tatanan hidup global dan terjerat dalam "perbudakan gaya hidup global".



Sampurasun...................................








Tidak ada komentar:

Posting Komentar